Pak Dji, OB honorer di sebuah kantor pajak di Surabaya. Ia jujur, cekatan, dan mau membantu tanpa berharap pamrih. Saat orang yang dibantunya memberikan sejumlah imbalan, Pak Dji menolaknya. “Wong hanya mengurus ini saja,†begitu ucapnya sambil tersenyum. Ia juga seorang ketua RT. Ketika rekannya meminta untuk dibuatkan KTP dengan cara tembak, Pak Dji dengan halus menolaknya. Namun, jangan salah! Pak Dji menjalani hidupnya dengan syukur dan merasa hidupnya berkecukupan.
Demikian pula dengan Pak Zul. Melalui serangkaian musibah yang dialaminya, Pak Zul mampu menemukan hikmah. Ia pun mengaku bersyukur dan terus berkarya dari atas kursi roda hingga saat ini.
Pak Dji dan Pak Zul hanyalah dua dari banyak contoh kisah ketulusan dan syukur wong cilik di sekitar kita. Melalui kisah kehidupan mereka, kita belajar tentang makna ketulusan dan syukur yang sesungguhnya.