Petir - Supernova #3 - Pre Order - Republish 2025 - Special Totebag
Deskripsi
Pre Order Buku Petir - Supernova #3 - Pre Order - Republish 2025 - Special Totebag
Periode: 19 - 25 Desember 2025
Pengiriman: 13 Januari 2026
Isi Paket: Buku Petir - Supernova #3 - Pre Order - Republish 2025 + Special Totebag
Dua tahun setelah roman mereka rampung, Dimas dan Reuben mengalami stagnasi. Hingga suatu hari mereka mendapat surat elektronik dari seseorang bernama Gio. Kata ^Supernova^ yang disebut Gio dalam surat itu menjadi tanda tanya baru sekaligus awal pengetahuan Dimas dan Reuben tentang jaringan yang selama ini melibatkan mereka tanpa disadari. Sementara itu, di Kota Bandung, seorang gadis sebatang kara bernama Elektra berusaha menyambung hidup. Berawal dari perkenalannya dengan seorang yogini bernama Ibu Sati dan seorang entreprenur muda urakan bernama Toni alias Mpret, hidup Elektra mulai terakselerasi. Dari anak kuper yang tidak punya motivasi, Elektra bertransformasi menjadi seorang pengusaha, dan akhirnya seorang penyembuh. Setelah nyaman dalam lingkungannya yang baru, hidup Elektra kembali siap diguncang ketika Bong memintanya untuk menolong seseorang yang tak ia kenal bernama Bodhi.
CATATAN KREATIF PETIR
PETIR
Elektra lahir pada saat yang tepat. Ia penyelamat. Sketsa semua karakter Supernova telah saya rancang sejak akhir 2001. Namun, seolah menyesuaikan dengan kondisi, Elektra ditulis ketika saya tidak bisa melakukan riset intensif sebagaimana yang saya lakukan saat menulis Akar.
Petir merupakan bagian dari babak ke-2 seri Supernova, yakni babak pengenalan empat tokoh baru yang mewakili empat karakter pencarian jatidiri yang berbeda-beda, tiga yang lainnya adalah: Akar, Partikel, dan Gelombang. Sementara itu, babak pertama adalah pengenalan awal semesta Supernova itu sendiri lewat Kesatria, Putri, Bintang Jatuh, dan babak pamungkasnya adalah ketika semua tokoh berjumpa dan menyadari peran sejatinya, di Inteligensi Embun Pagi.
Bila dilihat dari segi pencarian jatidiri (karakternya), Petir merupakan cermin bagi Akar; keduanya kontras dan oleh karenanya saling melengkapi. Dengan demikian, Akar dan Petir adalah bagian yang terpadu secara konseptual tidak terpisahkan, karena “aAkar” yang merupakan elemen bumi melambangkan pencarian ke dalam diri, berpasangan dengan “pPetir” yang merupakan elemen langit melambangkan pencarian ke luar diri. Kedua-duanya saling melengkapi.
Profil protagonis keduanya pun bertolak belakang. Elektra di Petir digambarkan sebagai gadis biasa yang galau terhadap dirinya, sedangkan Bodhi di Akar dibuat se-anomali mungkin, mulai dari fisik hingga bakat alamiahnya. Meski demikian, keduanya berbagi satu benang merah, yakni sama-sama menyimpan potensi besar dan akan teraktualisasi setelah mereka menyadari posisi serta peran sejati karakternya.
Elektra bagi saya adalah representasi metamorfosis manusia. Beda dengan Bodhi, atau Diva, yang jelas-jelas sejak awal dianugerahi kualitas “super”, Elektra butuh proses panjang untuk menemukan potensi dirinya. Bahkan kisahnya dalam Petir pun sebetulnya masih berupa awalan saja. Elektra mewakili sosok girl next door yang biasa banget, tetapi sesungguhnya punya potensi luar biasa. Dia menemukan potensi itu dengan caranya sendiri yang, meski tampak konyol di permukaan, sesungguhnya punya kedalaman makna.
Petir lahir tak jauh berselang dengan kelahiran anak pertama saya, Keenan. Kondisi itu mempengaruhi keputusan kreatif saya atas Elektra. Saya cukupkan segala kebutuhan Elektra di Kota Bandung, kota kelahiran dan tempat tinggal saya, sehingga saya tidak perlu riset jauh-jauh.
Saya menumpahkan segala yang familier bagi saya ke semesta Elektra. Eleanor, rumahnya, berkelindan dengan rumah saya, dan juga kompleks tempat saya tinggal, yang dipenuhi rumah-rumah peninggalan zaman Belanda. Elektra Pop, warnetnya, diambil dari warnet abang saya, yang menyulap rumah tinggal kami menjadi warnet. Tempat-tempat yang dikunjungi Elektra adalah tempat-tempat yang saya tahu dan kenali betul. Bahkan nama-nama teman-teman Elektra diambil dari nama teman-teman saya sendiri. Gaya busana Elektra, saya ambil dari adik saya. Lewat Elektra, saya bisa menyalurkan lawakan-lawakan ala Bandung. Karakter Elektra juga memungkinkan saya untuk mengeksplorasi sisi humor saya lewat tulisan. Banyak kejadian kocak di Petir yang datang dari kejadian hidup saya, termasuk surat berantai, persekutuan doa, STIGAN, Mbah Jambrong, dan seterusnya. Saya bisa terpingkal-pingkal sendiri saat menulis.
Fakta bahwa Petir banyak bermain di ranah keseharian membuatnya jadi seri Supernova yang paling cepat untuk saya selesaikan. Rata-rata untuk tiap episode saya menghabiskan tujuh hingga satu tahun. Untuk Petir, mungkin hanya sekitar lima bulan. Sebab, secara cerita, Petir memang tidak menuntut riset yang terlalu kompleks. Jalan ceritanya juga cenderung mengalir, tidak banyak konflik.
Gabungan kesederhanaan elemen dan kekonyolan karakternya, membuat halangan teknis selama penulisan jadi tidak berarti. Termasuk kenyataan bahwa 40% buku tersebut saya selesaikan sambil mengasuh Keenan yang masih bayi, sehingga. sSaya hanya bisa menulis waktu Keenandia tidur. . Dan karena masih menyusui, mau tidak mau,Kadang-kadang, saya mesti mengetik satu tangan, sambil sebelah tangannya lagi menggendong diaKeenan yang sedang menyusui..
Menuliskan Elektra merupakan petulangan menyenangkan sekaligus penting. Saya belajar banyak dari buku Dave Eggers yang saya baca sekitar 2002, sebuah memoar berjudul A Heartbreaking Work of a Staggering Genius. Baru kali itulah saya menemukan buku yang ditulis dengan sebegitu luwes dan relaks. Gaya tutur itu menginspirasi saya saat menuliskan Petir, dan terus berjejak di tulisan-tulisan saya lainnya sampai kini.
Elektra yang ringan dan lucu akhirnya menjadi elemen penting dalam semesta Supernova. Bukan saja perannya yang krusial di adegan puncak Inteligensi Embun Pagi, kehadiran karakternya pun menjadi comic relief yang amat dibutuhkan untuk menyeimbangkan narasi berat dalam Supernova. Tak heran, Elektra menjadi salah satu tokoh favorit pembaca, dan tokoh yang sangat dekat di hati saya.
Sumber:
Energi Supernova PETIR dalam Industri Penerbitan Sastra. Wawancara disertasi oleh Sugiarti pada April 2009
Supernova Inteligensi Embun Pagi part 2. Wawancara oleh Bentang Pustaka (Fitria C. Farisa) pada Januari 2016
The Dark Side of Dee. Wawancara oleh Soap Magazine (Johan Sihotang) pada Juni 2005.
Ketiga arsip wawancara di atas diakses lewat dee-interview.blogspot.com.
Spesifikasi
| SKU | : | PKT-2192 |
| ISBN | : | PKT-2192 |
| Berat | : | 600 gram |
| Dimensi (P/L/T) | : | 14 cm/ 20 cm/ 1 cm |
| Halaman | : | 308 |
| Tahun Terbit | : | 2025 |
| Jenis Cover | : | Soft Cover |
Ulasan
Belum ada ulasan


