Didil menginjak masa putih abu-abu dan dia senang dapat kawan baru dengan karakteristik berbeda. Namun, kesedihan menyapa saat harus kehilangan Kezia pada acara pelantikan Teater Tapak Sebelas. Mereka tanpa sadar telah merapalkan mantra dalam dialog monolog yang akan ditampilkan pada malam puncak pelantikan. Aldi, sahabat Didil, orang pertama yang menyadari hal itu. Tergambar jelas dari raut mukanya, bulir-bulir keringat menyebar cepat di kedua pelipisnya. Wajah tampannya memucat serupa mayat. Mungkin ini ada kaitannya dengan hilangnya Kezia. Rencana jahat apa yang telah dipersiapkan untuk mereka? Mereka harus segera pergi dari acara pelantikan, jika tidak, maka mereka yang akan menjadi korban berikutnya.
Siapa sangka jika kolam yang biasanya memberi kesan keindahan bisa menjadi sebaliknya. Penulis bisa menghadirkan sudut pandang yang berbeda. Dengan gaya penyampaian yang sedikit lucu, membuat kita terhibur di beberapa part dan dibawa pada suasana seram di part yang lainnya. Sangat direkomendasikan untuk kamu yang suka humor sekaligus horor.
SKU | RD-377 |
ISBN | 978-602-420-639-0 |
Berat | 120 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 20 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 144 |
Jenis Cover | Soft Cover |