Kumpulan cerita Iblis Tidak Pernah Mati pertama kali terbit pada 1999. Isinya ditulis dari tahun 1994 sampai 1999. Artinya, kronologi penulisan cerita-cerita dalam buku ini melalui momen historis Reformasi 1998, rangkaian peristiwa yang menjadi penanda peralihan zaman. Susastra menjadi dunia alternatif dari realitas faktual, tetapi realitas faktual tak terhindarkan keberadaannya dalam ruang imajinasi. Jika hubungan susastra, politik, dan sejarah perlu diperiksa, Iblis Tidak Pernah Mati menawarkan perbincangan yang selalu kontekstual.
Keunggulan :
- Ditulis oleh sastrawan besar Indonesia, Seno Gumira Ajidarma.
- Salah satu karyanya yang paling politis. Sesuai dengan momen penerbitan ulangnya yang berdekatan dengan pelantikan rezim baru, seperempat abad setelah Reformasi yang jadi titik kisar cerita-cerita di buku ini.
- Isu-isu seperti penguasa yang serakah, penggusuran, pembredelan, spionase, kemelaratan, dan tentu, kekerasan negara, bertebaran di setiap cerpennya, membuat buku ini senantiasa relevan.
- Dilengkapi ilustrasi dan komik yang digambar dan dipoles ulang.
Budayawan serba bisa; mulai dari sastrawan, fotografer, hingga akademisi. Seno mulai menulis cerpen sejak masa SMA dan mengirimkannya ke Aktuil dan Horison. Cerpen pula yang melambungkan namanya, seperti ketika menyabet Cerpen Terbaik KOMPAS 1993 lewat “Pelajaran Mengarang”. Tidak puas dengan sastra, Seno merambah studi sinematografi di Institut Kesenian Jakarta. Gabungan pengalaman menulis dan keakraban dengan lensa membuatnya berkarir sebagai jurnalis, di salah satu majalah nasional, Jakarta, Jakarta. Di sana, dia menggarap berbagai seri liputan tentang kekerasan di Timor-Timur, momen yang kelak menginspirasinya menulis cerpen Saksi Mata dan buku Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Bicara. Cerpen-cerpennya mengantarkan Seno merengkuh South East Asia Writer Award dan Dinny O’Hearn Prize for Literary Translation Australia pada 1997, dan masih banyak penghargaan sastra lainnya.
Seno sebagai akademisi menyelesaikan studi magisternya di Filsafat UI dan melanjutkan studi doktoral Sastra di universitas yang sama. Seno pernah menjabat sebagai Rektor Institut Kesenian Jakarta, almamater pertamanya, pada periode 2016-2020. Hingga kini, Seno masih menjadi dosen tetap di kampus tersebut, di Fakultas Film dan Televisi serta sekolah pascasarjana.
SKU | BU-537 |
ISBN | 978-623-186-442-0 |
Berat | 250 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 192 |
Jenis Cover | Soft Cover |