Mun, putri tunggal juragan sawit merasakan keresahan perihal ayahnya. Dengan kekayaan yang melimpah, ayahnya belum juga mau menyisihkan sebagian hartanya untuk membayar zakat. Ada saja alasan yang terlontar hingga Mun tidak lagi dapat mendebat ayahnya. Namun, Mun terus bersabar dan tidak lelah menasihati.
Suatu ketika Kang Marno, teman ayahnya, datang menawarkan investasi sawit dan ingin menjodohkan anaknya, Marjo, dengan Mun. Tanpa persetujuan dari Mun, ayahnya secara sepihak menerima perjodohan itu. Mun pun dengan tegas menolak perjodohan itu. Selain karena belum ingin menikah, Mun juga tidak suka dengan kelakuan Marjo.
Masalah demi masalah silih berganti datang mendera hingga Mun terjebak dalam proyek penelitian tentang bahaya sawit yang dikomando oleh Bu Wilda, dosen pembimbing skripsinya. Hati Mun memberontak karena penelitian itu tidak sesuai dengan nuraninya, tapi ia tidak bisa mengelak karena proyek inilah yang bisa menyelamatkannya dari perjodohan dengan Marjo. Sebuah suasana yang dilematik. Tidak sampai di sini, persoalan makin rumit dengan munculnya asap akibat pembakaran lahan dan turunnya harga sawit. Seketika kesenangan berubah penderitaan. Lantas, bagaimana Mun menghadapi semua ini? Simak lembar demi lembar duka Mun di buku ini!
Sulitnya mencari rujukan novel bergenre ”sastra hijau” telah dijawab oleh Luka Perempuan Asap. Bertutur tentang ketamakan, petaka menjauhi zakat, tragedi jerebu, dan harga diri perempuan yang luka. Sebuah pesan tersembunyi yang ingin disemai, selamatkan rumah kita yang satu ini, yaitu bumi yang tinggal seukuran ”5 meter”.
– Bambang Kariyawan, penyair dan pegiat Sastra Hijau Riau.
SKU | TSR-390 |
ISBN | 9786020894843 |
Berat | 241 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 20 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 264 |
Jenis Cover | Soft Cover |