Setelah keruntuhan Singasari malam itu, nasib Raden Wijaya dan para putri kerajaan tak pernah lepas dari intaian maut. Pengawalan ketat oleh pasukan khusus Balasanggrama masih belum cukup untuk menghentikan nafsu para prajurit Kediri menumpahkan darah keturunan trah Rajasa tersebut. Raden Wijaya terpaksa menyeberang ke Sungenep dan mencari perlindungan di sana.
Kedatangan mereka disambut gembira oleh rakyat Sungenep. Namun, benarkah Sungenep tempat yang aman bagi Raden Wijaya dan pengikutnya?
Mulai muncul desas-desus bahwa penguasa Sungenep turut terlibat dalam menghancurkan Singasari. Akan tetapi, Raden Wijaya justru meminta bantuannya untuk melaksanakan rencana balas dendam ke Kediri. Benarkah Raden Wijaya tidak menyadarinya? Ataukah dia hanya bersiasat?
Menulis dan berkhayal menjadi satu-satunya pekerjaan yang digelutinya. Melalui menulis itulah ia menghidupi keluarganya. Pernah menjadi wartawan HU ABRI, (bubar setelah reformasi) Langit ikut melibatkan diri dalam kegiatan pelestarian benda-benda cagar budaya terutama sisa-sisa peninggalan Majapahit. Bersama Dahlan Iskan (mantan menteri BUMN Era SBY) dan Luluk Sumiarso (mantan dirjen Migas) serta beberapa orang yang peduli pada pelestarian cagar budaya, Langit ikut membidani berdirinya Yayasan Peduli Majapahit, dan sekarang terlibat semakin dalam ke kegiatan pelestarian benda-benda purbakala. Buku karya yang dirancang selanjutnya bertajuk Negara kertagama, ia dedikasikan untuk kegiatannya yang sedang riuh ia kerjakan, membantu melestarikan sisa-sisa peninggalan Majapahit.
Pegiat pedonor darah yang menyumbang sudah lebih dari 160 kali ini adalah penerima Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Megawati. Ia terus mendedikasikan waktunya untuk kegiatan itu.
Tak terhitung jumlah karya yang ditulisnya, meliputi area drama radio, drama pentas, cerita bersambung di koran dan novel. Berikut ini adalah karya-karyanya yang terarsipkan : Balada Gimpul, Libby, Alivia, De Castaz, Serong, Antologi Manusia Laminating, Melibas Sekat Pembatas, Kiamat para Dukun, Kiamat Dukun Santet, Siapa Nyuri Bibirku (menggunakan nama samaran), Jaka Tarub (menggunakan nama samaran), pentalogi Gajah Mada (Gajah Mada, Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara, Hamukti Palapa, Perang Bubat, Madakaripura Hamukti Moksa), dan Menulis Ahh Gampang. Beliung dari Timur” (Harian Umum ABRI/SOLOPOS) dan “Sang Ardhanareswari” (Harian SOLO POS).
Serial Majapahit Sandyakala Rajasawangsa dan Bala Sanggrama, dan Banjir Bandang dari Utara telah terbit melalui Penerbit Bentang Pustaka
- Karya penulis novel sejarah bestseller Indonesia, Langit Kresna Hariadi
- Novel ini mengangkat kisah kerajaan besar yang namanya harum di Indonesia, Majapahit, dan selalu disebutkan di semua buku sejarah Indonesia
- Cerita sejarah yang disajikan dengan gaya tutur yang apik sehingga pembaca seakan menyaksikan langsung peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya
SKU | BU-512 |
ISBN | 978-602-291-608-6 |
Berat | 600 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 16 Cm / 24 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 520 |
Jenis Cover | Soft Cover |