Rakyat Maluku hidup dengan budaya dan agama beragam. Ratusan tahun, nilai-nilai budaya Pela Gandong merajut pergaulan sosial mereka dalam kerukunan yang toleran, hangat, dan saling menjaga. Maka, ketika oleh sebuah pertengkaran sepele antara sopir angkot dan seorang penumpang, konflik antaragama tiba-tiba pecah, berdarah, dan dalam waktu singkat meluas (1999-2003), dunia terenyak dan sulit percaya.
Berkisah tentang bagaimana sekelompok intelektual muda (Ali, Mey, Melky, Ridwan, dll.) dalam menolong korban dan menyerukan damai, bagaimana mereka dimusuhi dan diintimidasi oleh pihak-pihak bertikai termasuk aparat; mengikuti dengan pedih pertarungan Ali dan Mey (cucu dari dua tokoh agama terkemuka) dalam mempertahankan cinta (terlarang) mereka; memahami betapa pertikaian antaragama mampu mengoyak nalar, melumpuhkan akal sehat, dan mengobarkan api kebencian; novel ini akan membuka mata kita, betapa kerusuhan Maluku yang selama ini diasumsikan sebagai konflik horizontal antar umat Islam dan Kristen, sesungguhnya memiliki kompleksitas yang hingga hari ini belum kunjung terungkap ....