Buku Jihad Julia: Pemikiran… - Julia Suryakusuma

Masuk / Daftar

(0) KERANJANG

TOTAL Rp 0

Lihat Keranjang

Jihad Julia: Pemikiran Kritis & Jenaka Feminis Pertama Di Indo

Social Science Mizan Dbu Julia Suryakusuma

Rp 5,000

0% ~~Rp 5,000~~

Toko

Jihad Julia: Pemikiran Kritis & Jenaka Feminis Pertama Di Indo

Spesifikasi Produk:

SKU	:	QJ-05
ISBN	:	9786028579384
Berat	:	240 gram
Dimensi (P/L/T)	:	15 cm / 19 cm / 1 cm

*Silahkan centang dan masukkan qty produk yang Kamu mau:

#	Produk		Berat (gram)	Qty

E-Book
Rp 0

Deskripsi

"Julia (bagi saya) adalah Muslimah ‘Garis Batas’. Latar belakang formal akademiknya tidak berkaitan dengan ilmu fiqih keislaman. Namun, buku ini bisa menjadi teman berdialog dan berdiskusi bagi siapa pun yang memiliki hati nurani untuk mengangkat martabat bangsa."
—Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Negeri kita ini hampir mirip-mirip negara kanibal. Bahkan, surga dan neraka laris diperjualbelikan di layar kaca dan dunia maya. Belum lagi jayusnya tebar pesona SBY hingga duka lara Sri Mulyani Indrawati, sang Perempuan Besi yang dikorbankan sang atasan. Gugatan-gugatan ini bakal Anda temui di dalam buku Jihad Julia. Buku ini menampilkan kolom-kolom terpilih Julia Suryakusuma atas segala kerisauannya tentang negeri ini di media cetak berbahasa asing The Jakarta Post dan Majalah Tempo Edisi Bahasa Inggris. Penulis buku Sex, Power, and Nation (Metafor, 2004) ini terkenal tajam dan menyengat, namun humoris sekaligus satiris di setiap tulisannya. Kolom-kolomnya menjadi rujukan penting bagi kalangan akademisi maupun pemerhati Indonesia pada umumnya di mancanegara. Jihad Julia sebuah undangan intelektual dan kepedulian dari seorang kolumnis perempuan terdepan saat ini yang penuh kejutan, wawasan, dan daya pikat intelektual.

“Jihad Julia adalah jihad dalam persneling empat demi untuk memperjuangkan keterbukaan, rasionalitas, perikemanusiaan—dan, tentu, perempuan, digarami dengan kadar kenakalan yang bisa bikin kita terentak. Membaca Julia Anda bisa terkekeh terus—sampai Anda menyadari dengan kejut bahwa masalahnya tidak lucu, tetapi serius.”
—Franz Magnis-Suseno SJ, Budayawan