^Aku tidak akan menikah. Aku bisa jadi diriku sendiri. Aku bisa berdaya tanpa laki-laki.^ Dia hanya lulusan E.L.S.-bagaimana mungkin berani melantangkan sumpah menentang ikatan pernikahan? Menabrak akar tradisi, perempuan muda itu juga memiliki prespektif tentang dunia yang begitu jauh. Meradang terhadap ketidakadilan zamannya, pemberontakan Sang Putri Pingitan bak moncong senjata, yang bahkan mengentak kesadaran seorang Ratu Wilhelmina. Memahami Kartini, berarti menyelami perasaannya akan nasib Ngasirah yang terusir dari rumah utama. Menyelami pedihnya harus memanggil ibu kandungnya itu dengan sebutan Yu, layaknya kepada pembantu. Menghayati lukanya menyaksikan Kardinah, adik kandungnya, menderita akibat dijadikan istri kedua; melihat kepedihan perempuan yang seolah menjadi-jadi usai pernikahan. Sementara di sisi lain, dia harus pula menghadapi para politisi busuk yang menikungnya dengan berbagai tindakan brutal. Sungguh sebuah hidup yang penuh, bahkan ketika pada akhirnya Kartini menemukan satu-satunya yang dia kehendaki, ^Ingin betul saya menggunakan gelar tertinggi, yakni hamba Allah.^
ABIDAH EL KHALIEQY, lahir di Jombang, Jawa Timur. Karya-karya kesusastraannya diikutkan dalam berbagai buku antologi bersama seperti: ASEANO: An Antology of Poems Shoutheast Asia (1996), Cyber Album Indonesia - Australia (1998), Force Majeure (2007), Rainbow: Indonesian Womens Poet (2008), Word Without Borders (2009), E- Books Library For Diffabel (2007), Equator : Indonesia-Jerman (2011), AAWW-Asean American Workshop Writer`s (2015), dan lebih dari 25 buku antologi bersama di tingkat lokal dan nasional. Selain novel, juga menulis cerita pendek dan puisi. Pernah membacakan karya-karya puisinya di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1994, 2000), menjadi peserta APWLD (Asia Pacific Forum on Women, Law and Development, 1987), serta aktif dalam KDPI (Kelompok Diskusi Perempuan Internasional, 1987-1989). Mewakili Indonesia dalam ASEAN Writers Conference/Work Shop Poetry di Manila, Philipina (1995). Menjadi pendamping dalam Bengkel Kerja Penulisan Kreatif MASTERA (Majlis Sastra Asia Tenggara) sejak 1997. Membacakan puisi-puisinya di Sekretariat ASEAN (1998), Konferensi Perempuan Islam se Asia-Pasifik dan Timur-Tengah (1999), International Literary Biennale (2007), Jakarta International Literary Festival (2008), Aceh International Literary Festival (2009), dan Konferensi Pengarang Muslimah di Kuala Lumpur, Malaysia (2010). Bedah Film dan Novel ``Perempuan Berkalung Sorban`` di Hongkong (2009), dan Singapura (2010). Menjadi Sastrawan Tamu program SBSB (Sastrawan Bicara Siswa Bertanya) di berbagai kota besar di Indonesia (2001-2008), Menjadi salah satu Guest of Honor dalam rangkaian Frankfurt Book Fair, Jerman (2015 dan 2016). Mendapat Penghargaan Seni dari Pemerintah DIY (1998). Menjadi pemenang dalam Lomba Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (2003). Dinobatkan sebagai tokoh ``10 Anak Zaman Menerobos Batas`` oleh Majalah As-Syir`ah (2004). Memperoleh Anugerah IKAPI dan Balai Bahasa Award (2008) dan, Adab Award (2009). Dinobatkan sebagai ``Sepuluh Muslimah Kreatif`` oleh Majalah NooR (2010). Memperoleh Anugerah Sastra dari Kemendikbud RI (2011). Karya-karyanya, terutama cerpen dan novel, telah dikaji dan dijadikan bahan penelitian dan penulisan esei, skripsi, thesis, disertasi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri, yang jumlahnya lebih dari 150 buah. Bukunya yang sudah terbit: Ibuku Laut Berkobar (1997), Menari Di Atas Gunting (2001), Perempuan Berkalung Sorban (2001), Atas Singgasana (2002), Geni Jora (2004), Mahabbah Rindu (2007), Nirzona (2008), Mikraj Odyssey (2009), Kisah Tuhu dari Melayu (2009), Menebus Impian (2010), Mataraisa (2012), Akulah Istri Teroris (2014), Mimpi Anak Pulau (2014); The Dreams of An Island Boy (2015), Mataraisa and Other Texs (2015), Bait-Bait Multazam (2015); Santri Cengkir (2016), Nyanyian Seribu Bulan (2016), dan Nirzona: A Love Story, 2016 (buku fiksi pertama karya penulis Indonesia yang diterbitkan oleh Amazon Publishing, USA, dan didistribusikan ke berbagai negara di Amerika, Eropa Australia, Afrika dan Asia). Bukunya yang telah diangkat ke layar lebar; Perempuan Berkalung Sorban, Menebus Impian, Mahabbah Rindu, Mimpi Anak Pulau dan Pulang Tanpa Alamat.
"Karya Abidah selalu berhasil memotret sisi perempuan yang tak terbaca oleh laki-laki. Karena itu kehidupan seorang Kartini sangat penting dikupas dari ditangannya." -Hanung Bramantyo
SKU | ND-251 |
ISBN | 978-602-385-280-2 |
Berat | 400 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 376 |
Jenis Cover | Soft Cover |