Secara harfiah, muazin adalah sang pengingat. Ia berseru-seru tiada lelah mengingatkan banyak orang untuk menunaikan shalat dan menggapai kebahagiaan. Seorang muazin konsisten menyerukan nilai-nilai moralitas dan kebajikan serta mengingatkan orang-orang untuk terhindar dari perilaku-perilaku munkar (buruk).
Makkah Darat merupakan julukan historis untuk Sumpur Kudus, tanah kelahiran Buya Syafii. Frase ini dipungut dari sejarah Minangkabau era Islam yang telah tertimbun debu sejarah selama dua abad.
Ada kesamaan nilai, bahkan saling bersenyawa antara spirit seorang muazin dan makna historis Makkah Darat sebagai simbol dari budaya perlawanan terhadap segala kemungkaran sosial dan politik yang menjadi musuh dari cita-cita kehadiran Islam sebagaimana diyakini Buya Syafii: Islam adalah agama tauhid yang menegakkan keadilan, membebaskan manusia dari kebodohan dan keterbelakangan. Islam harus menjadi rahmat yang sesungguhnya, tidak hanya untuk pemeluknya namun juga seluruh makhluk semesta, termasuk manusia yang tidak bertuhan sekalipun.
Sebagai muazin bangsa, Buya Syafii selalu menggedor-gedor karang-karang ketidakadilan, korupsi yang menggurita, mafia pangan yang terus merusak kemandirian ekonomi, dan tanpa putus asa mengingatkan semua warga bangsa agar siuman. Indonesia kita, ungkapnya, harus ada hingga sehari sebelum kiamat.
Buku ini semacam tafsir terhadap pelajaran-pelajaran yang selama ini disampaikan oleh Buya. Ia tidak menekankan pada catatan prestasi, sejarah, dan pengalaman hidup, serta perannya dalam negara, tapi pada kontribusi dan konsekuensi yang terbangun dengan gagasan dan pemikiran Buya selama ini. Penjabaran terkait gagasan-gagasan dan pemikiran Buya lebih detail, lebih kaya.
SKU | SR70-16 |
ISBN | 978-602-290-047-4 |
Berat | 500 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 15 Cm / 23 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 432 |
Jenis Cover | Soft Cover |