Semua pilihan mengandung risiko.
Kau boleh percaya … atau mengabaikannya.
Tapi, ingat, apa tujuanmu?
Setelah terjatuh ke Dunia Bawah, Percy dan Annabeth disiksa oleh rasa lapar dan dahaga serta suara tangisan tak terperi yang membuat pikiran mereka kacau. Tak hanya itu, para monster yang telah mereka bunuh pun bermunculan, bermaksud membalas dendam. Sementara di langit, kru Argo II mati-matian mempertahankan kapal dari serangan para putra Gaea, kura-kura raksasa, dan seorang seorang dewa berkaki busuk.
Di tengah petualangan menantang itu, kecerdasan dan jiwa kepemimpinan mereka ditantang. Pilihan harus diambil, keputusan besar harus dibuat, sedangkan kematian menghantui dan masa depan dunia menjadi taruhan. Akankah mereka membuat keputusan dan memilih jalan yang tepat?
Rick Riordan pernah lima belas tahun menjadi guru Sejarah dan Bahasa Inggris di sekolah menengah negeri dan swasta di San Francisco Bay Area dan Texas. Bahkan pada 2002, dia dianugerahi Master Teacher Award oleh sekolah Saint Mary’s Hall. Karya fiksi dewasanya pernah memenangi tiga penghargaan nasional dalam genre misteri, yaitu Edgar, Anthony, dan Shamus. Fiksi-fiksi pendeknya pun pernah dimuat di Majalah Misteri Mary Higgins Clark dan Ellery Queen. Rick Riordan sekarang menjadi penulis full time dan tinggal di San Antonio dengan istri dan kedua putranya.
Kali pertama Rick Riordan menulis buku fantasi adalah demi anak laki-lakinya. Ternyata penerimaannya sungguh luar biasa. Seri Percy Jackson yang pertama, The Lightning Thief merupakan New York Times Notable Book pada 2005. Film layar lebarnya telah tayang pada Februari 2010. The Sea of Monsters menyusul pada 2013, The Titan’s Curse, The Battle of the Labyrinth, dan The Last Olympians adalah seri lainnya yang telah diterbitkan. Tak hanya itu, dia juga menulis banyak buku lagi di dalam seri-seri: Kane Chronicles (The Red Pyramid, The Throne of Fire, The Serpent’s Shadow), The Heroes of Olympus (The Lost Hero, The Son of Neptune, The Mark of Athena, The House of Hades, The Blood of Olympus), Magnus Chase and The Gods of Asgard (The Sword of Summer, The Hammer of Thor, dan The Ship of the Dead), dan The Trials of Apollo (The Hidden Oracle, The Dark Prophecy, dan tentu saja The Burning Maze).
Atas keberhasilan Riordan mengemas kisah-kisah berdasarkan cerita mitologi, para pembaca terus memintanya menuliskan lebih banyak lagi kisah bertema serupa. Hal itulah yang mendorong Disney-Hyperion membentuk sebuah imprint baru bernama Rick Riordan Presents. Dalam proyek itu, Riordan akan membantu memeriksa naskah dari penulis terpilih, memberi catatan editorial, juga mempromosikannya di dunia maya. Wowo, keren banget, kan?
Ingin tahu lebih banyak tentang seri ini atau penulisnya? Jangan lupa mampir ke situs www.rickriordan.com dan www.percyjacksonbooks.com.
“… kemenangan yang hampir mustahil dan keberanian para demigod membuat perjalanan semakin menarik.”
—Kirkus Reviews
Semua pilihan mengandung risiko.
Kau boleh percaya … atau mengabaikannya.
Tapi, ingat, apa tujuanmu?
Setelah terjatuh ke Dunia Bawah, Percy dan Annabeth disiksa oleh rasa lapar dan dahaga serta suara tangisan tak terperi yang membuat pikiran mereka kacau. Tak hanya itu, para monster yang telah mereka bunuh pun bermunculan, bermaksud membalas dendam. Sementara di langit, kru Argo II mati-matian mempertahankan kapal dari serangan para putra Gaea, kura-kura raksasa, dan seorang dewa berkaki busuk.
Di tengah petualangan menantang itu, kecerdasan dan jiwa kepemimpinan mereka ditantang. Pilihan harus diambil, keputusan besar harus dibuat, sedangkan kematian menghantui dan masa depan dunia menjadi taruhan. Akankah mereka membuat keputusan dan memilih jalan yang tepat?
***
Setelah kejadian yang tidak terduga di akhir buku ketiganya, kini mereka tahu tugas mereka sekarang adalah menutup pintu ajal. Namun, masalahnya pintu tersebut harus ditutup dari kedua sisi.
Setelah terjatuh ke tempat yang tidak diinginkan oleh semua orang, Tartarus. Percy dan Annabeth kini berjuang untuk bertahan hidup disana. Seperti yang diketahui, Tartarus merupakan tempat dimana semua monster berada ketika terbuyarkan menjadi abu. Tentu saja, bertahan hidup disana tidaklah mudah, tidak ada makanan, minuman, dll. Selain itu, monster-monster terus bermunculan.
Sementara itu, kru Argo II ditambah Nico di Angelo berjuang untuk mempertahankan kapal dari serangan monster-monster sepanjang perjalanan mereka sampai ke tujuannya. Akan tetapi, itu hanya awalnya, bahaya yang lebih buruk menunggu mereka di pintu ajal masing-masing. Dan itu hanya bisa dikalahkan oleh satu orang, Hazel. Ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya dan itu artinya nyawa semua orang bergantung padanya.
Apakah Percy dan Annabeth mampu bertahan hidup di Tartarus? Apakah mereka berhasil pada tepat waktunya dan menutup pintu ajal? Mereka juga dihadapi oleh pilihan yang masing-masing mengandung resiko, untuk itu mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka, apakah mereka memilih pilihan yang tepat?
Rasa penasaran karena ending yang menggantung terbayar dengan buku ini. Sama seperti seri Percy Jackson and the Olympians, seri Heroes of Olympus semakin lama semakin bagus dan keren!! Dari buku pertama sampai ketiga ini, buku keempat dari seri inilah merupakan favoritku. Setiap kalimat penutup di setiap bab membuatku penasaran dan bersemangat. Selain itu, setiap bab-bab juga penuh aksi yang menegangkan. Jujur saja, aku sengaja membaca buku ini dengan pelan-pelan karena tidak mau cepat-cepat berakhir.
Tidak seperti buku sebelumnya, buku ini ditulis menggunakan sudut pandang dari ketujuh orang, yaitu Hazel, Frank, Annabeth, Percy, Jason, Piper, dan Leo. Masing-masing sudut pandang tersebut masing-masing demigod diberi kesempatan untuk menunjukkan aksi mereka dengan caranya masing-masing. Secara keseluruhan, aku menyukai semua sudut pandang, terutama Hazel dan Frank. Keduanya tidak mendapat porsi di buku ketiganya, untunglah Rick Riordan memberi mereka kesempatan untuk bersinar dengan mendapat porsinya di buku keempatnya tentu saja, sangat menjanjikan.
Saat aku membaca dari sudut pandang Hazel dan Frank aku sangat terkesan akan jalan pikiran dan aksi mereka. Sebelumnya, Hazel sudah diberitahu bahwa hanya Hazel sendirilah yang bisa mengalahkan musuh terburuk itu. Seperti biasa, dewa-dewi memang pelit detail sehingga membuat Hazel harus mencari tahu sendiri. Ketika membaca dan mengikuti jalan pemikirannya, yang bisa aku katakan adalah SUNGGUH LUAR BIASA! Sama seperti Hazel, Frank juga diberi kesempatan untuk menyelamatkan kru Argo II sebelumnya, ia masih kurang percaya diri dan masih minder karena merasa tidak berguna. Akan tetapi, di buku ini Frank menjadi luar biasa dengan aksi-aksinya dan tentu saja dengan anugerahnya.
Selain Hazel dan Frank, aku juga terkesan dengan Piper. Sama seperti mereka, Piper juga diberi kesempatan untuk bersinar. Tadinya aku tidak begitu menyukai Piper di buku sebelumnya, namun, saat membaca buku ini aku menjadi menyukai Piper. Kekuatannya berkembang menjadi lebih kuat selain itu, Piper juga mau keluar dari zona nyaman, yakni belajar menggunakan pedang! Kemudian ada Jason, ia sungguh keren ketika memimpin Argo II.
Yah, sulit dijelaskan dengan kata-kata pokoknya dia keren banget! Kemudian ada Percy dan Annabeth, duh walaupun berada di tempat yang tidak diinginkan, mereka ini tetap so sweet banget. Dengan membaca dari sudut pandang mereka, aku turut merasakan perjuangan mereka yang sangat berat. Hazel, Frank, Piper, Jason, Percy, dan Annabeth sudah kusebutkan. Tinggal siapa nih? LEO VALDEZ!!! ARGH LEO! Word can't express my feelings about him! I just love him so much! Masih kocak tingkah lakunya yang menggemaskan.
Ucapannya terhenti ketika dia menatap Leo, yang tengah pura-pura menulis dengan pensil udara.
“Silakan dilanjutkan, Profesor Grace!" kata Leo, dengan mata dilebar-lebarkan. “Saya ingin mendapat nilai A saat ujian.”
“Tutup mulutmu, Leo.”
Alurnya berjalan dengan cukup cepat dan penuh aksi yang menegangkan. Settingnya berada di 2 tempat, yang pertama perjuangan kru Argo II di kapalnya dan perjuangan Percy dan Annabeth di Tartarus. Setiap babnya berakhir, itu akan mengundang rasa penasaran akan bagaimana kelanjutannya. Petualangan pada buku ketiga juga sudah menunjukkan kerja sama antar tim dan juga tim kecil yang dibagi untuk mencari tahu. Di buku ini juga begitu, dan dari semuanya yang paling kusuka adalah petualangan Jason dan Nico di Angelo. Tentu saja, ada hal yang tidak terduga dari petualangan mereka ini yang membuatku terkejut!!!! Reaksi yang bisa ku bilang adalah: OMG! REALLY?????????
Banyak adengan favoritku disini akan tetapi, yang membuatku terkesan adalah petualangan Hazel, Frank, dan Nico di Angelo. Sebelumnya, aku sudah memberi tahu bahwa Frank berkembang menjadi luar biasa. Aku sangat terkesan akan jalan pemikirannya untuk menyelamatkan teman-temannya. Itu saja yang membuatku terkesan. Sebenarnya ada lagi, namun aku tidak akan memberi tahu kalian agar tidak spoiler. Aku suka adengan tersebut karena yaampun, so sweet banget!
Sunguh, buku ini benar-benar favoritku!!!!!!!!!! Jujur, aku tidak mau cepat-cepat seri ini berakhir akan tetapi, aku juga ingin melanjutkannya karena ingin tahu bagaimana kelanjutannya. Seandainya aku bisa memberi rating infinite star untuk buku ini sayangnya, aku hanya bisa memberi 5 dari 5 bintang :)
“Menurutku alam semesta ini pada dasarnya seperti mesin. Aku tidak tahu siapa yang membuatnya, entah itu, Moirae, dewa-dewi, Tuhan yang Maha Esa, atau siapalah. Tapi biasanya, alam semesta semata-mata berjalan seperti seharusnya. Memang, terkadang komponen-komponen kecil mengalami kerusakan atau ada yang korsleting, ... segala sesuatu terjadi karena suatu sebab. Seperti perjumpaan antara kau dan aku.”
Sumber: http://escapeintofantasyworld.blogspot.com/2015/07/book-review-house-of-hades.html
******
To my wonderful readers
Sorry about the last cliff-hanger.
Well, no, not really. HAHAHAHA
But seriously, I love you guys.
--- Rick Riordan
God of Olympus! Uncle Rick benar-benar paham bagaimana caranya membuat kita semua fansnya mencak-mencak saking kesalnya. Setelah akhir The Mark of Athena membuat kita semua melongo begitu shock-nya, sekarang ia bergurau dengan kita tentang cliff-hanger itu. Oke. Maaf diterima.
Setelah selama satu tahun membuat perut kita melilit karena menantikan apa yang terjadi dengan Percy dan Annabeth, akhirnya tanggal 8 Oktober ini kita mendapatkan apa yang kita tunggu; seri keempat Heroes of Olympus, The House of Hades. Dan saya langsung membacanya di hari terbit ini.
Opini pertama setelah selesai: Wuih, baru menarik napas panjang setelah buku ini selesai. Betulan! Begitu banyak aksi dan kejadian diremas dalam satu buku sampai aku sadar betapa enaknya bernapas dalam dan panjang setelah selesai membaca buku ini. Tapi, mari kita urut membahasnya (^_^). Ngomong-ngomong buku in berisi begitu banyak kengerian, ketegangan dan informasi luar biasa yang kontroversial sehingga Anda menghadapi kemungkinan besar untuk SPOILER ALERT. Anda sudah diperingatkan.
Kisah The House of Hades dimulai beberapa hari setelah akhir Mark of Athena. Argo II, sekarang hanya diawaki oleh Leo, Jason, Piper, Hazel (dan Pelatih Hedge), sedang berusaha melewati sebuah pegunungan untuk meninggalkan Italia dengan selamat, menuju Yunani. Mereka dihadapkan jalan buntu; melewati celah gunung tidak mungkin karena para dewa gunung, numina montanum (atau ourae, terserah kalian) menghalangi mereka. Lewat laut juga bukan pilihan, dengan hilangnya .... Percy (T_T). Saat kebingungan inilah, Arion (kuda paling keren di dunia!) datang mencari Hazel untuk membawanya ke suatu tempat, yang kemungkinan dapat memberi mereka jawaban. Tentu dengan asumsi Hazel dapat bertahan hidup (yaiks! hari biasa demigod).
Di sinilah kita bertemu dengan Hecate. Yep, Hecate sang Dewi Sihir, Kabut, dan Persimpangan. Ia menyatakan ketertarikannya kepada Hazel, terutama dengan menyatakan bakat magis Hazel yang sangat kuat. Akan tetapi, yang lebih penting adalah pilihan dan kemungkinan masa depan yang ia tunjukan pada Hazel. Barat akan membawa mereka kembali pulang dengan Athena Parthenos, mungkin dapat mencegah pertumpuhan darah antara Perkemahan Jupiter dan Perkemahan Blasteran. Timur adalah jalan yang sulit dengan hadangan para dewa gunung, dan kemungkinan besar hancurnya Argo II. Kemungkinan kecil mereka dapat mencapai Epirus, Wisma Hades. Tapi arah ini juga dapat membebaskan tanggung jawab mereka. Mereka akan selamat dan perang melawan Gaea akan kalah atau menang tanpa mereka.
Masalahnya, jalan manapun yang dipilih akan berakhir pada satu hal mutlak: kematian Percy dan Annabeth. Dan hal ini jelas TIDAK masuk menu Hazel. Hecate lalu menawarkan satu jalur lagi: Utara. Melintasi Italia hingga titik terjauh lalu baru melintasi pantai timur menuju Yunani. Jalan jauh dan memutar sehingga mungkin tidak terprediksi oleh Gaea dan pasukannya. Akan tetapi, ada satu syarat mutlak untuk dapat melewati jalur ini dengan selamat: Hazel harus belajar mengendalikan Kabut. Yups, S-I-H-I-R. Jika Hazel gagal, berarti kematian dan kegagalan bagi mereka semua. Tentunya jalur inilah yang dipilih Hazel karena ia tidak mungkin meninggalkan misi ataupun teman-temannya (baca: Percy dan Annabeth).
Jauh, jauh di dalam kedalaman Tartarus. Annabeth merasa ia dan Percy sudah jatuh untuk waktu yang sangat lama. Apakah Tartarus punya dasar? Pertanyaan itu menghantui Annabeth hingga mereka jatuh ke dalam sebuah sungai, selamat karena Percy tentu saja. Akan tetapi, sungai ini bukan sungai biasa. Satu dari lima sungai yang mengalir melalui Dunia Bawah, Cocytus, sungai ratapan. Berusaha menghindari semua bisikan, penderitaan, dan ratapan yang dibawa oleh sungai itu, Annabeth berhasil menarik Percy ke tepi sungai. Hanya saja, tepi sungai itu bukan pasir melainkan pecahan-pecahan kecil kaca hitam yang sebagian menancap di tangan Annabeth.
Tubuh Arachne jatuh tidak jauh dari mereka (ugh!), tetapi bukan itu masalah besarnya. Mereka terdampat di Tartarus, rumah semua monster, tanpa perlengkapan dan bekal apapun. Annabeth kehilangan ranselnya yang terutama berisi laptop Daedalus dan pisau perunggu langitnya (Yah, pisau itu). Di tengah kondisi mereka yang lelah, terluka, dan setiap helaan napas dan detik yang mereka habiskan digunakan Tartarus untuk menyedot energi mereka, Annabeth menyimpulkan bahwa satu-satunya kesempatan bagi mereka adalah menemukan sungai api, Phlegeton. Beberapa legenda menyebutkan tentang kemampuan sungai itu menyembuhkan. Macam ambrosia Dunia Bawah.
Apa bayangan kalian tentang Tartarus? Neraka biasa? Huh, lebih dari itu. Jangan lupa, bahwa neraka ini adalah tubuh dari sang Tartarus, ayah para raksasa. Setiap yang ada di dalam Tartarus adalah bagian dari tubuhnya. Tanah yang mereka pijak adalah ototnya, lima sungai yang mengalir adalah pembuluh darahnya, setiap monster adalah sel tubuhnya, dan Percy-Annabeth adalah kuman yang tidak diundang (yaiks!).
Tartarus yang dapat dilihat Annabeth dan Percy dengan mata fana mereka adalah sebuah dataran mengerikan yang terus landai ke bawah, seperti sebuah mangkuk. Semua sungai mengalir ke bawah, ke jantung Tartarus; Pintu Ajal. Setelah menelan seteguk api yang membakar tenggorokan tetapi memberikan mereka tenaga lagi, Percy dan Annabeth yakin bahwa satu-satunya jalan yang tersedia bagi mereka mengikuti aliran Phlegeton, ke dasar Tartarus.
Kematian nyaris menjemput mereka lagi ketika sekelompok empousa, yang dipimpin Kelli (kalian ingat?), menyergap Percy dan Annabeth. Mereka pasti mati seandainya mereka tidak ditolong oleh makhluk terakhir yang mereka pikirkan; Titan. Lebih tepatnya, Bob a.k.a Iapetus sang Titan Barat, saudara kembar Hyperion. Titan yang 'kebetulan' diampuni nyawanya oleh Percy setelah Sungai Lette menghapus ingatannya.
Dalam perjalanan melewati Tartarus, Annabeth dan Percy dihadapkan pada berbagai tantangan yang seakan mustahil dapat diatasi, dan bantuan yang tidak terpikir akan mereka dapatkan. Hanya bantuan dari Bob yang dapat membuat mereka berdua dapat bertahan hidup dan melanjutkan perjalanan. Juga ada bantuan dari seorang raksasa yang menyelamatkan nyawa Percy. Akan tetapi, para raksasa terutama Polybotes juga mengerjar mereka. Semua ini bukan apa-apa karena tantangan sebenarnya adalah bagaimana mereka dapat mencapai jantung Tartarus, pusat kumpulan monster, ketika satu-satunya cara yang tersedia bagi mereka adalah dengan melewati sang Malam, makhluk yang bahkan lebih tua daripada Dewa Olympia, Titan, raksasa, bahkan Gaea dan Tartarus sekalipun! Yah, suicide mission!
Seperti yang sudah kusampaikan, buku ini benar-benar penuh aksi dan tidak ada satu bagianpun yang membuatku bosan. Benar-benar mustahil bagi kita untuk berhenti membacanya sebelum selesai. Ceritanya juga terasa sangat fokus, walaupun kali ini kita tidak mendapatkan musuh utama (baca: raksasa) yang menghalangi mereka. Perjalanan Argo II mencapai Epirus, dan yang paling penting perjalanan sinting Percy dan Annabeth melintasi Tartarus jelas sudah merupakan fokus yang luar biasa.
Hal lain yang aku sukai adalah pesan utama di novel ini (terutama pada bagian perjalanan Tartarus): perbuatanmu di masa lalu akan kembali untuk menghantuimu. Entah perbuatan baik, entah buruk, semuanya akan kembali. Inilah yang dihadapi oleh Percy dan Annabeth. Pertama, dalam wujud Bob. Keputusan Percy mengasihani dan mengampuni nyawa Iapetus adalah satu-satunya alasan ia selamat. Akan tetapi, perbuatan Percy yang melupakan nasib Bob dan tidak pernah menemuinya nyaris membuatnya kehilangan bantuan Bob. Lalu, masih ada para arai. Mereka adalah roh mengerikan berbentuk seperti Erinyes yang akan memberikan kepada kita semua kutukan yang pernah dilontarkan orang kepada kita. Percy telah mencabut nyawa banyak monster, dan semua kutukan mereka menjelang mati di timpakan kepada Percy; mulai dari panah si gembala monster Greydon, racun si peramal buta Phineas, hingga kutukan getir Calypso, semuanya harus dirasakan Percy.
Riordaners, coba tebak berapa POV yang kita dapat kali ini: TUJUH. Artinya semua demigod utama kita mendapat kesempatan untuk menjadi narator. Hazel, Annabeth, Leo, Piper, Jason, Percy, Frank, semuanya mendapat porsi petualangan mereka masing-masing. Walaupun paling banyak adalah Annabeth, Hazel, Leo, dan Percy. Akan tetapi, kehebatannya adalah banyaknya narator ini tidak terasa menggangu cerita sama sekali. Kontinuitas dan karater mampu berjalan dengan tetap bagus. Bahkan, ada banyak sekali perkembangan karakter di buku ini. Luar biasa, Uncle Rick!
Bagian ini bisa merupakan kelebihan atau kekurangan. Banyak-banyak-banyak sekali potongan kisah yang berdasarkan buku-buku Riordan sebelumnya. Kita akan merasa jauh lebih nyaman menikmati cerita jika kita sudah membacanya sebelumnya. Contoh yang paling terasa adalah: Hecate, Kelli, Iapetus a.k.a Bob, Labirin (yep!), dan Calypso! Biasanya aku sangat menikmati bagian dimana kita bisa mengingat kembali petualangan Percy sebelumnya. Kali ini aku juga masih menikmatinya, tetapi rasanya SANGAT BANYAK mengacu pada kejadian masa lalu. Aku merasa kurang nyaman saja, terutama jika ada beberapa bagian yang lupa. Rasanya Riordan menuntut kita membaca semua bukunya dulu sebelum membaca buku ini. Membaca buku ini tanpa membaca kisah-kisah acuannya rasanya seperti menonton the Avengers tanpa sebelumnya menonton Iron Man 2, Thor, atau Captain America! (emangnya ini Marvel Cinematic Universe!)
Mitologi buku ini sangat padat dan banyak hal baru, mulai dari Cupid sampai Nyx! Aku suka sebali bagian Cupid, ia terasa sangat mengerikan dan mencekam dengan caranya tetap sebagai Cupid: cinta memang mengerikan dan misterius. Cupid dan Nico adalah bagian yang membuatku mulutku menganga, tetapi tidak ada judgement dariku di sini. Adegan Leo dan Calypso yang awalnya juga terasa 'maksa' kemudian terasa sangat manis saja. Aku benar-benar berharap Leo memenuhi janjinya.
Bagian yang menurutku punya potensi luar biasa, tetapi SAYANGNYA hanya sekedar lewat tersia-sia adalah bagian perjalanan Percy dan Annabeth melewati teritori Malam. Dari awal sudah dibisikkan tentang Kabut Gelap, Dark Lady, sang Malam, yang seakan adalah teror yang paling mengerikan di Tartarus. Secara teknis, wilayah Malam bahkan bukan di Tartarus. Wilayah itu terletak di ujung, di luar Tartarus, di wilayah kehampaan Kekacauan. Akan tetapi, bagaimana Annabeth menipu Nyx dan anak-anaknya, hingga bagian Nyx berteriak, "give me a light", sama sekali tidak terasa lucu atau unik bagiku, tidak seperti bagian humor ala Percy yang lain. Alasan 'tur'? Bagaimana mungkin makhluk macam Nyx dapat tertipu seperti itu. Rasanya sangat janggal dan aneh bagiku. Akan tetapi, bagian dimana Percy dan Annabeth harus berlari melintasi Mansion of Night dengan menutup mata rapat-rapat, dengan anggapan apapun yang ada di dalamnya tidak untuk mata fana, benar-benar mencekam bagiku. Juga bagaimana mereka harus lompat melewati Sungai Acheron dengan mata tertutup. (Btw, aku suka sekali ternyata Sungai Acheron adalah batas wilayah Nyx dan Tartarus. Maaf saya fans Dark-Hunter series!).
Bagian lain yang mungkin kontroversial adalah keputusan Jason untuk meninggalkan Perkemahan Jupiter dan tetap di Perkemahan Blasteran. Ini seakan selaras dengan bayangan Percy tentang Perkemahan Jupiter, walaupun dalam mimpi terliarku aku jelas nggak membayangkan Percy akan pergi dalam waktu dekat (jujur aku khawatir sekarang). Bagaimana Jason dapat meninggalkan perkemahan yang merupakan rumahnya itu. Apakah jika Percy (seperti Jason) tinggal di Perkemahan Jupiter selama 9 bulan ia juga dapat mengambil keputusan yang sama dengan Jason. Lalu masalah ini berlanjut dengan pertempuran dahsyat di Epirus, dimana legiun hantu Romawi sudah tidak mengakui perintah Jason lagi (karena mereka tidak mengenalinya sebagai Romawi). Aku suka banget bagaimana Jason mempromosikan Frank sebagai praetor Legiun, tetapi entah kenapa hatiku terasa sakit melihatnya. Terutama ketika ingat betapa romawi-nya Jason ketika berteriak di hadapan Porphyrion di The Lost Hero.
Lalu protes rutinku tentang betapa para Titan kelihatan lebih lemah dibandingkan para raksasa. Jelas sekali kita semua menyukai kelanjutan kisah Percy dan senang karena bisa bertemu dengan semua karakter yang kita cintai. Akan tetapi, jika pengembangan kisah ini justru mendiskreditkan (atau setidaknya, membuat kita jadi meremehkan) serial sebelumnya, aku justru merasa sediiiiiiihhhhh sekali (-_-).
Mungkin cukup saja review buku ini. Akhirnya kata, siapkan cemilan yang banyak untuk membaca buku ini karena Anda dijamin enggan meletakkannya sebelum selesai.
Sumber: http://bukumaniak.blogspot.com/2013/10/the-heroes-of-olympus-house-of-hades.html
SKU | ND-388 |
ISBN | 978-602-385-737-1 |
Berat | 560 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 20 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 640 |
Jenis Cover | Soft Cover |