Mencari Buah Simalakama
(DAUR III)
Sepanjang masa hidupmu, kelak kamu akan menemui buah simalakamamu sendiri. Namun, tahukah kamu buah simalakama yang rasanya paling getir? Yang kesakitannya bukan hanya dirasakan oleh dirimu saja, melainkan harus dipikul oleh jutaan orang di sekitarmu.
Inilah simalakama itu: Ibu sebagai jelmaan alam, Bapak berwujud pemerintah, dan Rakyat yang menjadi anak-anaknya.
Bapak yang kau pikir mengayomi Ibu serta anak-anaknya, justru menghalangi, merampok, dan menumpuk-numpuk sendiri cahaya kesejahteraan dari Tuhan. Si Bapak itulah kolonialis-imperialis, diktator yang memaksakan kemauan dan aturan egoisnya kepada anak-anaknya sendiri. Sudahkah kau temukan kenyataan itu?
Kapal Nuh Abad 21
(DAUR IV)
Jika bahtera Nabi Nuh ada pada masa sekarang ini, apakah kita akan diajaknya ikut serta?
Kalau Nabi Nuh mengulurkan tangannya untuk semua penduduk bumi pada abad 21 ini, mungkin kapal tersebut tidak akan pernah berhenti bergoyang. Tak pernah seimbang. Tak pernah tak limbung. Karena sesungguhnya, masing-masing penumpang tidak sedang menghayati jiwanya bersemayam di atas kapal Nabi Nuh, tetapi justru sibuk menaiki kapal nafsunya sendiri.
Anak-Anak dan Cucu-Cucuku, berhati-hatilah ....
Karena di atas kapal itu, meski kalian memiliki tujuan yang sama, cara untuk mencapainya bisa penuh liku yang memusingkan. Kebaikan bisa menghasilkan pertengkaran, inisiatif-inisiatif kebersamaan terpuntir menjadi kebencian, dan iktikad baik untuk mengatasi oleng dan terguncangnya kapal, malah menimbulkan salah paham dan himpunan dendam.
-------------------------------
Seri Daur merupakan catatan harian Emha Ainun Nadjib yang ditulis sepanjang tahun 2016. Tulisan-tulisan dalam buku ini bertujuan untuk mengajak para pembaca melakukan dekonstruksi pemahaman nilai, pola komunikasi, metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi masalah masyarakat.