Tentang T. Djamaluddin
Saat lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962, ahli astronomi ini diberi nama Djamaluddin. Namun, tradisi Jawa untuk mengganti nama anak yang sakit-sakitan menjadikan nama Thomas (sekadar nama umum, tidak mengacu pada agama tertentu) disandang sejak berumur sekitar tiga tahun hingga SMP. Untuk mengatasi perbedaan data kelahiran dan dokumen lain, nama Thomas Djamaludin, yang biasa disingkat menjadi T. Djamaludin pun resmi digunakan.
Sebagian masa kecil T. Djamaludin dihabiskan di Cirebon, hingga pada 1981 bersekolah di ITB. Sesuai minatnya sejak SMP, yang diawali dari banyak membaca majalah dan buku tentang UFO, juga Encyclopedia Americana dan buku-buku lain di perpustakaan sekolah, T. Djamaludin memilih jurusan Astronomi di ITB karena terpacu untuk menggali lebih banyak pengetahuan tentang alam semesta.
Publikasi tulisan T. Djamaludin diawali saat duduk di kelas 1 SMA (1979), dengan artikel “UFO, Bagaimana Menurut Agama” yang dimuat di majalah ilmiah populer Scientae. Sementara, pengetahuan dasar Islam diperoleh di sekolah agama setingkat ibtidaiyah dan aktivitas di mesjid, juga di lingkungan keluarga, serta diperdalam secara autodidak dengan membaca buku. Pada masa SMA pula, T. Djamaludin mendapatkan pengalaman pertamanya berkhutbah, dengan bimbingan guru agama. Sejak tahun pertama di ITB (September 1981) hingga menjelang meninggalkan Bandung untuk bertolak ke Jepang (Maret 1988), T. Djamaludin menjadi mentor di Karisma, Keluarga Remaja Islam Mesjid Salman ITB.
Karena kegemarannya membaca dan menulis, semasa mahasiswa, ada sepuluh tulisan tentang astronomi dan Islam yang dimuat di beberapa koran dan majalah, serta beberapa buku kecil mentoring, antara lain berjudul Ibadah Shalat, Membina Mesjid, dan Masyarakat Islam.
Setelah lulus dari ITB (1986), T. Djamaludin bekerja di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Bandung sebagai peneliti antariksa. Pada 1988-1994, T. Djamaludin mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program S2 dan S3 di Department of Astronomy, Kyoto University, Jepang, dengan beasiswa Monbusho. Thesis master dan doktornya berkaitan dengan materi antarbintang, pembentukan bintang, dan evolusi bintang muda. Namun, T. Djamaludin terus menekuni aplikasi astronomi dalam bidang hisab dan rukyat. Atas permintaan teman-teman muslim di Jepang, akhirnya dibuat program jadwal shalat, arah kiblat, dan konversi kalender. Sejak menjadi mahasiswa di Jepang inilah T. Djamaludin memulai upaya menjelaskan rumitnya masalah globalisasi dan penyeragaman awal Ramadhan dan Syawal.
Pada masa ini pula, T. Djamaludin mendapatkan amanat sebagai Secretary for Culture and Publication di Muslim Students Association of Japan (MSA-J), Sekretaris Kyoto Muslims Association, dan Ketua Divisi Pembinaan Ummat ICMI Orwil Jepang. Selama itu, T. Djamaludin menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan astronomi dan syariah: perbedaan waktu hari raya, pengamatan hilal, dan lain-lain. Kelangkaan ulama agama di Jepang juga menuntutnya untuk bisa menjelaskan halal dan haram berbagai jenis makanan di Jepang hingga mengurus jenazah.
Saat ini, Kepala LAPAN dan Peneliti Utama IVe (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika ini mengajar dan menjadi pembimbing di Program Magister dan Doktor Ilmu Falak di IAIN Walisongo, Semarang. Sebelumnya, T. Djamaludin pernah menjabat Kepala Unit Komputer Induk LAPAN Bandung, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, dan Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan.
Terkait dengan kegiatan penelitian, saat ini anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama RI dan BHR Daerah Provinsi Jawa Barat ini pun tercatat sebagai anggota Himpunan Astronomi Indonesia (HAI), International Astronomical Union (IAU), dan National Committee di Committee on Space Research (COSPAR). Lebih dari 50 makalah ilmiah, 100 tulisan populer, dan 5 buku tentang astronomi dan keislaman sudah dipublikasikan oleh ayah 3 putra putri ini. Dan, sejumlah kegiatan internasional dalam bidang penerbangan dan antariksa juga telah diikuti, antara lain di Australia, RRC, Honduras, Iran, Brazil, Yordania, Jepang, Amerika Serikat, Slovakia, Uni Emirat Arab, India, Vietnam, Swiss, Thailand, Singapura, Austria, Prancis, dan Jerman. Sementara, dalam bidang keislaman, antara lain mengikuti Konferensi World Assembly of Muslim Youth di Malaysia, serta kunjungan dan seminar Tafsir Ilmi di Yordania dan Mesir.
Pernikahannya dengan Erni Riz Susilawati dikaruniai tiga putra dan putri: Vega Isma Zakiah, Gingga Ismu Muttaqin Hadiko, dan Venus Hikaru Aisyah.