Kaidah Emas, “lakukan pada orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan”, adalah landasan moral yang mudah sekali diterima oleh semua orang di mana pun. Maka, moral, yakni soal benar/salah, sesungguhnya mudah dipahami secara intuitif. Tapi, mengapa moral menjadi isu paling krusial di tengah masyakarat kita?
Lihat fakta: Indonesia konon salah satu negara paling religius tapi masuk peringkat (ter)tinggi korupsi di dunia. Ratusan ribu orang setiap tahun mampu berhaji dan umrah, tapi problem kemiskinan begitu mengerikan. Betapa sulitnya mengajarkan kebersihan dan ketertiban di ruang publik, semisal membuang sampah sembarangan dan saling serobot di jalan raya. Mengapa orang kita lebih mudah tertib di Singapura daripada di negeri sendiri? Mengapa justru di negeri yang masyarakatnya mementingkan agama moralitas seperti terabaikan?
Buku ini membuka mata kita bahwa isu moral tersebut tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Di situ ada faktor kesadaran pribadi, sistem hukum, konvensi sosial, adat dan kebiasaan, sistem pendidikan, dan sistem sosial, serta sistem keyakinan. Dari mana kita mengurainya?
“Tak jarang karena ketidaksadaran dan ketidaktahuan, belakangan ini keharusan mengedepankan moralitas dalam kehidupan keseharian kita terasa makin luntur.
Prioritas-prioritas lain—pengejaran kekuasaan, kemakmuran, dan popularitas—telah menjadikan persoalan moralitas ini seperti terabaikan. Buku ini menjadi penting dalam rangka menjernihkan dan memulihkan kesadaran kita bahwa hanya dengan senantiasa menegakkan moralitas, peluang bagi kehidupan bersama
yang menjanjikan kebahagiaan bisa dipastikan.”
—Haidar Bagir, penulis Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan
Keunggulan:
1. Ditulis dengan renyah dan mengalir—gaya khas Fahruddin Faiz—yang membuat kita asyik dan ringan dalam membacanya.
2. Di sisi lain buku ini juga mengajak kita untuk merenungkan kembali makna “moral” yang cenderung sudah menjadi kata biasa. Dengan membacanya wawasan Anda bisa menjadi terbuka kembali bahwa moral tidak sesederhana yang selama ini kita pahami. Moral pada kenyataannya dapat mengubah nasib seseorang dan bahkan suatu bangsa.
3. Buku ini selain memaparkan teori-teori moral yang disampaikan dengan mudah dipahami, juga disertai contoh-contoh praktis untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Fahruddin Faiz adalah satu di antara sedikit intelektual muda Muslim yang punya “brand” kuat di jagat internet. Gaya ceramahnya cool, bahasanya gaul, tetapi kontennya bisa mendalam dan menukik. Popularitasnya tidak membuatnya jatuh ke konten yang instan, dangkal, dan hanya permukaan belaka. Pengajiannya di Masjid Jendral Sudirman selalu dihadiri jamaah yang membludak. Akun media sosialnya, lewat FB, IG, dan YT—yang dibuat oleh para santri dan pengikutnya—disukai oleh ribuan orang.
Hal demikian bisa dipahami karena beliau memang memiliki “amunisi intelektual” yang memadai, dan bukan sekadar seleb karbitan di media sosial. “Kiai intelektual” berlatar pendidikan pesantren ini meraih sarjana S-1 dari Jurusan Aqidah dan Filsafat (1998), S-2 dari Jurusan Agama dan Filsafat (2001), serta S-3 dari Jurusan Studi Islam (2014)—semuanya di UIN Sunan Kalijaga. Sekarang beliau menjadi dosen dan wakil dekan di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau penerima Short-Course on Research-Management, NTU Singapura (2006); dan Short-Course on Islamic-Philosophy, ICIS (International Center for Islamic Studies), Qom, Iran (2007).
Kepiawaiannya dalam berceramah diimbangi dengan produktivitasnya dalam menulis buku. Karya-karyanya antara lain: Hermeneutika Qur’ani: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi; Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multikultural; Transfigurasi Manusia (terjemahan); Perempuan dalam Agama-Agama Dunia (terjemahan); Filosofi Cinta Kahlil Gibran; Bertuhan ala Filosof (terjemahan); Aku Bertanya maka Aku Ada; Risalah Patah Hati: Pereda Duka Cinta, Penterapi Patah Hati; Filosof Juga Manusia; Sebelum Filsafat; Memaknai Kembali Sunan Kalijaga; Dunia Cinta Filosofis Kahlil Gibran; Menjadi Manusia, Menjadi Hamba; Menghilang, Menemukan Diri Sejati; Filsafat Kebahagiaan (Mizan, 2023); Filsafat Moral (Mizan, 2024); dan Seni dan Estetika Islam (Mizan, 2024).
SKU | UA-273 |
ISBN | 978-602-441 |
Berat | 300 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 252 |
Jenis Cover | Soft Cover |