“I just wanna cry,” kata Iqbal Aji Daryono yang tak kuasa menahan haru menyaksikan jutaan orang berbondong-bondong, berjalan dengan tertib dan damai untuk menjadi tamu keluarga Nabi Muhammad Saw. dalam perjalanan dari Najaf ke Karbala, Irak.
Selama berabad-abad, jutaan masyarakat Muslim Syi‘ah dari seluruh dunia rutin menggelar Ziarah Arbain. Ini adalah peringatan tahunan hari ke-40 atas syahidnya Sayidina Husain. Di sisi lain, dalam beberapa dekade terakhir, Syi‘ah sering kali mendapat tuduhan-tuduhan miring. Mulai dari kawin kontrak, menabikan Sayidina Ali bin Abi Thalib, hingga dicap sesat dan telah keluar dari Islam.
Iqbal yang dibesarkan di tengah lingkungan Sunni Muhammadiyah sudah sejak sembilan tahun menimbang-nimbang untuk berangkat ke Karbala. Dia ingin melihat sendiri bagaimana masyarakat Muslim Syi‘ah menjalankan ritualnya. Seorang lelaki Sunni di tengah jutaan pemeluk Syi‘ah!
Kisah epik perjalanan Iqbal ke Karbala dituangkan ke dalam buku ini. Apa yang dituliskannya dapat menjawab berbagai pertanyaan tentang Syi‘ah yang sering diajukan oleh masyarakat Muslim Indonesia yang mayoritas bermazhab Sunni.
Buku ini juga dilengkapi foto-foto, sehingga pembaca dapat menikmati panorama perjalanan pemeluk Syi‘ah melaksanakan ritual tahunan ini dengan lebih hidup—di tengah
kerenyahan tulisan khas Iqbal yang santai, mengalir, sekaligus menghibur.
“Ini perjalanan yang ‘ghost busting’, membongkar ‘hantu’ dan prasangka.
Iqbal seorang Sunni/Muhammadiyah dan berani melakukan perjalanan
ke tanah ‘suci’ Syi‘ah. Ini tindakan menerobos batas.”
—Ulil Abshar Abdalla, cendekiawan Nahdlatul Ulama
“Perbedaan hanya akan menyebabkan mudarat apabila dikotori prasangka-prasangka negatif. Iqbal, seorang Sunni warga Muhammadiyah, berangkat ke Karbala dengan niat yang baik dan kepala yang jernih demi mewujudkan kesalingpahaman
di antara sesama saudara seagama Islam.”
—Haidar Bagir, penulis buku Inilah Mazhabku
“Iqbal penulis yang peka terhadap humor, ironi, dan anekdot kemanusiaan.
Lewat catatan perjalanannya yang ringan, dia mengajak kaum Sunni untuk mengenal saudara Syi‘ah mereka secara ‘up, close, and personal’; menepis praduga dan stereotype yang keliru tanpa harus menyetujuinya; serta menerima keragaman sebagai rahmat.”
—Farid Gaban, jurnalis senior, penulis
“Iqbal menelusuri jembatan panjang persatuan kaum Muslim, bahkan persaudaraan sesama umat manusia: saling membantu, berkhidmat, dan memberi hormat.”
—Miftah Fauzi Rakhmat, penulis buku The Prophetic Wisdom:
Kisah-Kisah Kearifan Para Nabi
“Iqbal berusaha membongkar kesalahpahaman dan menghapus prasangka dan stigma buruk tentang Syi‘ah yang ada di sebagian masyarakat Indonesia. Ini langkah yang berani.”
—Prof. Ahmad Najib Burhani, cendekiawan Muhammadiyah
“Dengan bahasa yang ciamik, kita akan dibawa ke sebuah pengembaraan di mana
tak ada lagi kata ‘liyan’, penoda agama, atau aliran sesat. Sebaliknya, kita akan disuguhi kisah-kisah perjalanan yang sarat akan nilai-nilai spiritualitas yang terekam
dengan jenaka dan apa adanya.”
—Maria Fauzi, penulis buku Muslimah Bukan Agen Moral:
Menggali Ragam Ekspresi Kesalehan Perempuan
Iqbal Aji Daryono adalah penulis dan tukang jalan-jalan. Ratusan esainya tersebar di media-media daring. Buku-bukunya yang telah terbit bertema sosial dan budaya, kajian bahasa, juga buku perjalanan. Salah satu bukunya yang cukup ramai berjudul Sapiens di Ujung Tanduk, membahas dinamika pergeseran karakter manusia di era digital.
Adapun bukunya yang bergenre perjalanan ada dua. Yang pertama berisi kisah petualangannya saat menjadi sopir truk di Australia. Buku perjalanan yang satunya lagi ditulis setelah dia menjelajah ke berbagai sudut Indonesia, mulai pusat jaringan narkoba di pantai timur Aceh hingga zona merah kelompok bersenjata di pegunungan Papua. Lelaki Sunni di Kota Syi‘ah ini adalah buku perjalanannya yang ketiga
SKU | UB-508 |
ISBN | 978-602-441 |
Berat | 450 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 21 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 192 |
Jenis Cover | Soft Cover |