Yang menulis di buku ini belum tentu saya, sebab Rahwana tak mati-mati. Gunung kembar Sondara-Sondari yang mengimpit Rahwana cuma mematikan tubuhnya semata. Jiwa Rahwana terus hidup. Hidupnya menjadi gelembung-gelembung alias jisim. Siapa pun bisa dihinggapi gelembung itu, tak terkecuali saya.
Yang menulis di buku ini barangkali gelembung-gelembung itu, jisim Rahwana kepadaku. Yang menyampaikan buku ini kepadamu mungkin gelembung-gelembung Rahwana pada penerbit, percetakan, distributor, toko buku, dan lain-lain, tak terkecuali tukang ojek maupun sopir limousin yang mengantarmu ke toko buku maupun perpustakaan.
Bila gelembung-gelembung Rahwana itu tak ada padamu, kau akan menolak pergi ke toko buku. Sekadar meminjam buku ini ke teman pun, kau tak akan berdaya bila gelembung-gelembung Rahwana tak menjangkitimu. Kau pun tak akan nge-tweet dan sebagainya tentang buku ini. Bila gelembung-gelembung Rahwana tak menjangkitimu, adakah alasan bagimu menggunakan seluruh media sosial dan getok tular buat menjalarkan cinta via buku ini?
Nasib.
KUTIPAN
"Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa kamu rencanakan cintamu untuk siapa."
"Tuhan, jika cintaku kepada Shinta terlarang, kenapa Kau bangun begitu megah rasa itu di hatiku?"
“Hanuman tertarik pada Trijata lantaran Trijata memang lebih hangat ketimbang Sinta. Trijata lebih manusiawi. Sebagai kera, Hanuman rindu pada bau manusia. Hanuman tak mencium bau manusia pada Sinta. Baginya bau Sinta terlalu bau bidadari.”
SKU | BT-039 |
ISBN | 978-602-291-790-8 |
Berat | 220 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 252 |
Jenis Cover | Soft Cover |