SAINS “RELIGIUS”,
AGAMA “SAINTIFIK”:
Dua Jalan Mencari Kebenaran
Dalam satu abad terakhir, sains dan teknologi telah menjadi salah satu penggerak dominan perubahan sejarah umat manusia. Cara hidup, bekerja, berkomunikasi, berbelanja, berwisata, bersekolah, bahkan beragama difasilitasi—sekaligus ditentukan dan dipengaruhi—oleh teknologi komunikasi dan informasi.
Lalu, ada agama, yang bermain di wilayah lain kehidupan manusia: moral, psikologi, dan spiritualitas. Namun, tak sedikit yang menganggap agama kini tak relevan lagi. Ia hanya peninggalan masa lampau, ketika manusia belum mencapai kematangan rasional. Benarkah?
Buku ini ingin mengambil jalan moderat, dengan menawarkan upaya mengurai peran keduanya sebagai jalan mencari kebenaran. Ada apresiasi atas segi-segi sains yang bermanfaat bagi agama, terutama dalam mengungkap kenyataan fisikal-empiris alam semesta dan aplikasinya dalam kehidupan manusia. Ada pengakuan bahwa agama mengandung segi-segi yang dapat memberi kontribusi pada sains, terutama menyangkut inspirasi, nilai, dan tujuan.
Ditulis dengan gaya populer, isu-isu sains dan agama yang tampak berat pun dapat dinikmati dengan ringan, tanpa kehilangan argumen-argumen penting.
Haidar Bagir lahir di Surakarta, 20 Februari 1957. Dia meraih S-1 dari Jurusan Teknologi Industri ITB (1982); S-2 dari Pusat Studi Timur Tengah, Harvard University, AS (1992); dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000-2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS.
Nama penerima tiga beasiswa Fullbright ini selama beberapa tahun berturut-turut masuk di dalam daftar 500 Most Influential Muslims (The Royal Islamic Strategic Studies Centre, 2011).
Selain sibuk mengurus yayasan pendidikan dan sosial serta menjadi presiden direktur sebuah rumah penerbitan, dia telah menulis beberapa buku, di antaranya: Buku Saku Tasawuf; Buku Saku Filsafat Islam; Buat Apa Shalat?; Surga di Dunia, Surga di Akhirat; Era Baru Manajemen Etis; Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan (telah diterjemahkan dan diterbitkan di Inggris dengan judul Islam: The Faith of Love and Happiness; Belajar Hidup dari Rumi; Mereguk Cinta Rumi; Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn ‘Arabi; Epistemologi Tasawuf; Dari Allah Menuju Allah; Islam Tuhan Islam Manusia; Mengenal Tasawyuf; dan Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia. Dia juga masih aktif memberikan ceramah keagamaan dan menjadi pembicara di sejumlah seminar keilmuan. Selain itu, dia juga menjabat sebagai International Board Member of Compassionate Action International dan Pendiri Gerakan Islam Cinta, serta menjadi dosen di ICAS dan STFI Sadra, Jakarta.
Ulil Abshar Abdalla lahir pada 11 Januari 1967, di Cebolek, Pati, Jawa Tengah. Dia menempuh pendidikan dasar di Madrasah I'anatut Thalibin di Cebolek dan pendidikan tingkat menengah di Madrasah Mathaliul Falah, Kajen, Pati. Dia kemudian menempuh pendidikan S-1 di Fakultas Syariah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta dan S-2 di Boston University di Amerika Serikat. Minatnya mencakup: hukum Islam, filsafat, teologi, tasawuf, sejarah Islam, grammar Arab, sastra Arab, sastra Indonesia, dan sains. Dia banyak terlibat dalam kegiatan dialog antar-agama dan gerakan pembaruan pemikiran Islam. Dia mendirikan Jaringan Islam Liberal (JIL) pada 2001. Selain mengajar di program pasca-sarjana di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), dia juga mengampu pengajian iyang dikenal dengan Ngaji Ihya’ Online, dan menulis buku Menyegarkan Kembali Pemikiran Islam; Menjadi Manusia Rohani; Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?; Metodologi Studi Al-Qur'an; Menjadi Muslim Liberal; Membakar Rumah Tuhan. Dia tinggal bersama istrinya, Ienas Tsuroiya, dan dua putranya di Jatibening, Bekasi.
SKU | UC-111 |
ISBN | 978-602-441-178-7 |
Berat | 250 Gram |
Halaman | 152 |
Jenis Cover | Soft Cover |