Kenapa, ya, perempuan selalu dianggap sebagai sumber fitnah, suka umbar aurat, dan lebih mudah masuk neraka? Ironisnya, tuduhan-tuduhan tersebut muncul dari penafsiran keagamaan yang bias gender. Bahkan, tafsir bias gender itu tidak hanya dilontarkan oleh laki-laki, tetapi juga diamini oleh sebagian perempuan.
Sister Fillah, You’ll Never be Alone mengisi kelangkaan suara perempuan dalam pelbagai diskusi tentang perempuan. Kalis menawarkan perspektif keagamaan yang berkeadilan gender, yang ia refleksikan dalam beragam pengalaman perempuan: perempuan yang sukses dalam keluarga dan pendidikan, para ibu tunggal yang harus berjuang membesarkan anak mereka, korban nikah muda, buruh perempuan tanpa upah layak, perempuan korban kekerasan, dan banyak lagi.
Dalam edisi terbaru Sister Fillah, You’ll Never be Alone ini, Kalis menambahkan beberapa bab tulisan yang akan memperkaya diskusi kita mulai dari persoalan gender, relasi yang setara, hingga semangat untuk saling menguatkan bagi sesama perempuan.
Kekuatan Kalis adalah ia mampu merasakan sesuatu yang besar
pada fenomena yang tampak sederhana dan menuliskannya secara sederhana
dengan kandungan yang besar. Ia mau membela yang “bukan dirinya”.
—Husein Ja’far Al Hadar, Konten Kreator Keislaman di YouTube: Jeda Nulis
Kalis Mardiasih, kelahiran Blora, 16 Februari 1992, senang menyebut dirinya sebagai penulis perempuan yang punya obsesi mencatat berbagai pengalaman perempuan. Sehari-hari, ia adalah penulis kreatif dan kolumnis produktif di beberapa media digital, seperti Detiknews dan DW Indonesia. Saat ini, ia telah menulis tiga buku: Berislam seperti Kanak-Kanak (Yayasan Islam Cinta, 2018), Muslimah yang Diperdebatkan (Buku Mojok, 2019), dan Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar! (Buku Mojok, 2019).
Kalis banyak menulis fenomena keberagaman dan keberagamaan di masyarakat dan isu kesetaraan perempuan, khususnya perempuan Muslimah yang akhir-akhir ini tengah menghadapi tantangan konservatisme dan ekstremisme beragama. Bersama Jaringan Nasional Gusdurian, Kalis terlibat dalam memetakan kondisi, menganalisis tantangan, memfasilitasi pelatihan literasi, dan memproduksi konten kampanye digital bertajuk “Indonesia Rumah Bersama” dalam merespons eskalasi ujaran kebencian di media digital.
Kini, Kalis menikmati misinya berkeliling secara mandiri dari kota ke kota untuk menyelenggarakan kelas Muslimah dan Media Islam untuk menginformasikan literasi media Islam di internet, apa dampaknya untuk sikap keberagamaan di masyarakat, dan menguatkan Muslimah perihal kesetaraan gender dalam Islam.
Twitter: @mardiasih
IG: @kalis.mardiasih
FB: Kalis Mardiasih
Isi:
Tinggi Ilmu Al-Quran, Jakarta.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, penulis Qiraah Mubadalah: Tafsir Progresif untuk Keadilan Gender dalam Islam, pendiri Mubaadalahnews.com, portal tentang Islam dan relasi yang membahagiakan
Husein Ja’far Al Hadar, vlogger Islam Cinta di channel: “Jeda Nulis”; Direktur Cultural Islamic Academy, Jakarta; penulis muda tentang tema-tema keislaman di media massa
Zahra Amin, Pemred Mubaadalahnews.com, Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Barat
Gita Savitri Devi, YouTuber, bloger, penulis
lima pengalaman biologis perempuan, yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui
lima pengalaman sosial perempuan, yaitu stigmatisasi, marginalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda.
Ketika Muslimah Bertanya Balik: Pengantar Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm.
Prolog
Perempuan dan Kesadaran Kemanusiaan
Tafsir Muslimah Progresif dan Harapan untuk Asama
Sang Syaikhah, Lebih dari Klaim Pakaian
Ragam Jilbab di Indonesia
Kerudung Jacinda Ardern dan Sampul The Press: Sebuah Jihad Cinta
Kesadaran Kecil sebagai Perempuan
Kita Butuh Kesetaraan
Memangnya Zaman Sekarang Masih Ada yang Nggak Setara?
Meme Akun Dakwah yang Mengontrol Pilihan Perempuan
Perjuangan untuk Korban Kekerasan Seksual
Pendidikan Seks, wow, Apaan, sih?
Doa Malam Maulid
Otoritas Tubuh
Dari Tanggung Jawab Reproduksi ke Hak Reproduksi
Text-Based atau Dalil-Based
Love Yourself, First!
Batas Toxic
Perempuan Peziarah, Pengetahuan Perempuan
Cerita Perempuan dan Perdamaian
Merebut Tafsir: Perempuan Arab Mendirikan Sekolah
Ulama dan Anak-Anak Perempuan
Epilog
Indeks
Tentang Penulis
Kemasan:
- Penyampaian dengan bahasa ringan, menyenangkan, dan membumi.
- Ringkas, handy, mudah dibawa-bawa
- Menarik dengan ilustrasi dan cetak duotone
Penulis
- Kompeten di bidangnya.
- Banyak menulis fenomena keberagaman dan keberagamaan di masyarakat dan isu kesetaraan perempuan, khususnya perempuan Muslimah yang akhir-akhir ini tengah menghadapi tantangan konservatisme dan ekstremisme beragama
- Berkeliling secara mandiri dari kota ke kota untuk menyelenggarakan kelas Muslimah dan Media Islam untuk menginformasikan literasi media Islam di internet, apa dampaknya untuk sikap keberagamaan di masyarakat dan menguatkan muslimah perihal kesetaraan gender dalam Islam.
- Penulis kreatif dan kolumnis produktif di beberapa media digital seperti Detiknews dan DW Indonesia.
- Bersama Jaringan Nasional Gusdurian, Kalis terlibat dalam memetakan kondisi, menganalisis tantangan, memfasilitasi pelatihan literasi dan memproduksi konten kampanye Indonesia Rumah Behttp://sita.tukardata.com/en/#rsama dalam merespons eskalasi ujaran kebencian di media digital.
- Berbuku di @akalbuku
- Penulis buku Berislam Seperti Kanak-Kanak (Yayasan Islam Cinta, 2018) Muslimah yang Diperdebatkan (Buku Mojok, 2019), Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar!
Nama saya Kalis Mardiasih. Saya bukan ahli kajian gender. Saya hanya seorang penulis biasa yang terobsesi mencatat pengalaman perempuan. Saya sudah telanjur memulai dan sepertinya belum tahu kapan akan berhenti.
Perjalanan ini bermula dari sebuah pertanyaan: mengapa buku-buku yang membicarakan Muslimah—yang terpajang di rak-rak toko buku—sebagian besar ditulis oleh laki-laki? Ada banyak sekali laki-laki menulis tentang bagaimana Muslimah harus taat, bagaimana Muslimah harus mengambil sikap sebelum atau setelah menikah, serta bagaimana agar bidadari-bidadari surga cemburu kepada Muslimah. Dengan begitu,
indikator ketaatan perempuan ditulis oleh laki-laki. Indikator keberhasilan dunia atau keberhasilan akhirat perempuan ditulis oleh laki-laki. Kajian-kajian kemuslimahan diisi oleh ustaz laki-laki dengan tema yang sama. Tentu saja, dalam diskursus kemuliaan dan ketaatan ini, posisi perempuan adalah objek. Ia bukan subjek yang dalam kesadarannya memiliki sikap untuk kebaikan universal, melainkan “mulia untuk” atau “taat kepada”. Bahkan, diskursus untuk bersifat “saling”—seperti saling menghormati, saling menjaga diri, saling tidak melecehkan—saja hampir tidak ada dalam kajian Islam populer di sekitar kita, sebab ada pihak-pihak yang mungkin takut pada kesetaraan.
Dengan diskursus kesalingan, kita menempatkan pihak-pihak yang ada dalam relasi pada posisi yang setara sebagai manusia. Ia, manusia yang setara itu, layak mendapat penghormatan karena semata kompetensi dan akhlaknya, bukan karena identitas kelamin atau gender dan identitas
sosial yang melekat pada dirinya sejak lahir.
Selain soal ketaatan perempuan, media sosial hampir selalu ramai membicarakan Muslimah ketika sampai pada pembahasan segala hal yang melekat pada tubuhnya. Perdebatan perihal jilbab, terutama, adalah hal yang paling sering kita dengar.
Permasalahan perempuan lebih luas dari sekadar mencatat apa yang melekat di tubuhnya.
SKU | QA-64 |
ISBN | 978-602-441-265-4 |
Berat | 350 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 20 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 200 |
Jenis Cover | Soft Cover |