Kitab Fiqih Muhammadiyah terbitan 1924 itu seolah membeku di peti es. Membaca kitab itu serasa dihujani jarum. Menulis ulang kitab itu serasa tertusuk sembilu. Di sana ada ranjau yang bisa menjebak hawa nafsu. Namun, juga bisa mengubah dan menggugah warga Muhammadiyah sekaligus NU, yang berjumlah ratusan juta orang itu, untuk bersatu dan bersama-sama merancang masa depan negeri ini.
Buku ini, meski menyimpan dilema, ingin menyodorkan fakta sejarah yang terlupakan. Bahwa dulu Muhammadiyah sama persis dengan NU, demikian pula sebaliknya.