“Harus ini, wajib itu!” Ajaran dan aturan dalam Islam mungkin dirasa memberatkan dan memaksa bagi sebagian Muslim. Padahal, Islam sejatinya adalah agama kemanusiaan yang welas asih, bukan paksaan, apalagi kekerasan. Semua hal diatur sesuai konteks, sehingga sangat memungkinkan untuk diejawantahkan pada kehidupan sehari-hari berbagai zaman.
Buku ini memuat penafsiran dan pemaknaan ajaran Islam yang penuh pesan cinta dengan tujuan membentuk pribadi Muslim yang damai dan bahagia. Melalui empat bab inti yang padat ilmu, kita akan diajak menenteramkan jiwa melalui Bab “Tafsir atas Ayat-Ayat Perbaikan Hati dan Jiwa”, membangun keluarga yang harmonis dalam Bab “Membentuk Rumah Tangga Qur’ani dan Masyarakat yang Berakhlak”, meneladani berbagai kebaikan rasul dalam Bab “Nabi Muhammad Ditinjau dari Berbagai Sudut Pandang”, serta menggali lagi akar makna beribadah dalam Bab “Filosofi dan Hikmah Ibadah dalam Islam”.
Gagasan-gagasan Dr. Ayang Utriza Yakin yang bersumber dari Qur’an, hadis, dan khazanah klasik Islam ini akan semakin meyakinkan kita bahwa Islam adalah ajaran rahmatan lil alamin. Bahwa Tuhan pun amat menyayangi hamba-Nya dan tak tega jika kita menderita.
AYANG UTRIZA YAKIN terlahir di Jakarta pada 1 Juni 1978,anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Hj. UtamiDjuwariah binti Sudiadi (Serang-Banten & Jawa-Kebumen) danK.H. Drs. Sjaiful Anwar Yakin bin Muḥammad Yakin (Melayu-Pekanbaru & Minang-Payakumbuh) dan tumbuh besar dikampung Cibening, Bekasi.
Perjalanan pendidikan Riza penuh dengan berbagaipengalaman baik di dalam maupun luar negeri. Di antaranyaSDN Bintara-Jaya I, Bekasi Barat. Pondok Pesantren Wali-Songo,Ngabar, Ponorogo, di bawah asuhan K.H. Ibrohim Thoyyib.Pondok Pesantren Darul Falah, Cukir, Jombang, di bawah asuhanK.H. Ali Aḥmad. Pondok Pesantren Tebu-Ireng, Jombang.Madrasah Aliyah (MA) Al-Wathoniyyah 20, Bekasi. JurusanPerbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah IAINJakarta (sekarang UIN Jakarta). S-2 Hukum Islam di FakultasSyariah Universitas Al-Azhar, Kairo. S-2 dalam bidang Sejarahdi Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris,Prancis, belajar di bawah bimbingan Prof. Dr. Claude Guillot.S-3 dalam bidang Sejarah dan Filologi di Ecole des Hautes
Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris, Prancis. Riza jugamenjadi fellow di berbagai kampus ternama seperti Oxforddan Harvard.
Sebelum kembali tinggal di Eropa, Riza sempat mengajardi FSH UIN Jakarta sebagai dosen tidak tetap. Ia jugabergabungdi Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta sebagai peneliti dan managing editor Jurnal Studia Islamika. Setelah studi doktoral, ia pun bergabung sebagai dosen di Kajian Keislaman dan Kearaban (Islamic and Arabic Studies), Kajian Timur-Tengah (Middle-East Studies) di FISIP, Ugent sejak 2019. Pada awal 2021, ia mengundurkan diri dari Universitas
Ghent untuk bergabung di Institut Ilmu Politik Sciences-Po Bordeaux, Prancis, atas undangan Prof. Dr. Baudouin Dupret,sebagai peneliti posdoktoral.
Pengabdian Masyarakat
Ayang Utriza Yakin mengabdi di Ormas Islam Nahdlatul Ulama sebagai Wakil Ketua Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU, 2015—2020, dan Wakil Rais-Syuriah di PCI-NU Belgia, 2021—2023. Di dunia akademik, ia pernah menjadi relawan sebagai associate editor di Directory of Open Access Journal (DOAJ) dan hingga saat ini menjadi sukarelawan sebagai salah seorang dewan editor di lebih dari 20 jurnal ilmiah di berbagai kampus PTAIN/S di seluruh Indonesia. Ia pun aktif memberikan seminar, konferensi, pelatihan, ceramah, pengajian, khotbah, motivasi, dan konsultasi. Riza mengasuh majelis taklim dan zikir di dunia maya dan dunia nyata: Majelis Zikir, Wirid, dan Doa (Ma-ZiWiD) di Telegram dan Pengajian Diaspora Indonesia Darul Yakin di Belgia. Bersama keluarganya, Riza membantu untuk memimpin dan mengembangkan Yayasan Ar-Raudhah yang bergerak dalam pendidikan, dakwah, dan
sosial di Bekasi, yang memiliki KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), Majelis Taklim, dan SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), dan sedang berupaya untuk mendirikan pesantren di masa yang akan datang.
Karya Tulis
Ayang Utriza Yakin telah menerbitkan dua buku dalam Bahasa Indonesia Sejarah Hukum Islam Nusantara abad XIV-XIX dan Islam Moderat dan Isu-Isu Kontemporer: Demokrasi, Pluralisme,
Kebebasan Beragama, Non-Muslim, Poligami, dan Jihad, Jakarta, pada 2016. Ia juga mengeluarkan buku yang disuntingnya dalam bahasa Inggris Rethinking Halal: Genealogy, CurrentTrends, and New Interpretation yang diterbitkan oleh Brill, pada 2021, dan Islamic Divorce in the 21st Century: A Global
Perspective, yang diterbitkan oleh Rutgers University Press, 2022. Pada Februari 2022, ia menerbitkan buku Hidup dalamDoa diterbitkan oleh Bentang Pustaka, Yogyakarta. Riza pun telah menerbitkan lebih dari 20 artikel, bab buku, dan ulasanbuku dalam bahasa Indonesia, Prancis, Arab, dan Inggris. Saat ini, Riza sedang mengerjakan lima buku dan banyak lagi artikel
ilmiah yang sedang ditulis.
“Melalui Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita ini, Aa Riza—panggilan akrab Ayang Utriza Yakin—membedah berbagai tema kehidupan bermasyarakat masa kini dengan perspektif Islam yang substantif-inklusif, yang membawa kebaikan. Di tengah tantangan berbagai pandangan keislaman, buku ini hadir tepat pada waktunya untuk membantu publik menyelami Islam sebagai ajaran yang shalih li kulli zaman wa makan (baik dan relevan bagi setiap zaman dan ruang).”
—Alissa Wahid, tokoh perempuan Indonesia, pejuang HAM, dan Ketua Jaringan Gusdurian
“Dengan berbagai topik keagamaan, buku ini menyajikan kajian keislaman siap-pakai yang mengarahkan para pembacanya pada pemahaman dan praktik keagamaan Islam yang bijak dan menenteramkan. Sajian pandangan-pandangan terhadap ajaran Islam seperti inilah yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat pada masa sekarang ini, yang mampu menggantikan sajian-sajian keislaman yang siap-pakai oleh para penulis dan pendakwah instan di media-media sosial. Diolah dengan nalar logika keagamaan yang kuat dan dari penguasaan dan pembacaan yang mumpuni penulis terhadap buku-buku teologi dan fikih klasik serta tafsir-tafsir para mufasir andal, serta dilengkapi dengan pengalaman dan praktik keagamaan penulis yang luas dan membumi, tulisan-tulisan dalam buku ini tidak hanya menemukan pijakan praktisnya, tetapi juga pijakan teoretis-islami-nya. Untuk itu, buku ini bukan hanya sekadar layak, melainkan wajib untuk disimak oleh banyak kalangan, terutama para pemula yang ingin memperoleh pemahaman keilmuan atau ajaran Islam yang mampu membawa citra Islam, sebagai rahmatan lil ‘aalamiin, dapat terwujud dan terasa. Selamat membaca dan
ber-Islam dengan damai!”
—Prof. Dr. Euis Nurlaelawati, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
“Buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita karya Prof. Dr. Ayang Utriza Yakin ini mengingatkan kita pada hal sangat penting dalam berislam, yaitu berpegang teguh pada nilai kemaslahatan yang menjiwai Al-Qur’an dan hadis. Teks-teks tentang petunjuk praktis mesti dipahami secara kontekstual agar semangat kemaslahatan yang menjiwainya bisa dipertahankan dan agar tidak disalahgunakan sebagai pengabsah kemafsadatan. Buku ini penting karena memberi
contoh langsung bagaimana ia menjawab teks-teks petunjuk praktis dengan semangat kemaslahatan bersama.”
—Dr. Nur Rofiah, Bil, Uzm., Dosen IAT Pascasarjana PTIQ Jakarta dan pendiri Ngaji KGI
“Iman yang indah, damai, dan luhur itu mestilah melahirkan perbuatan yang indah, damai, dan luhur pula. Jika yang lahir justru kebencian, caci maki, dan perpecahan maka iman yang di dalam dada mengalami anomali, dan dengan demikian, dipersoalkan. Saat iman menyentuh hati dan jiwa, seharusnyalah yang lahir adalah hati dan jiwa yang penuh cinta. Saat iman menyentuh pemikiran maka yang lahir adalah pemikiran yang mencerahkan dan menginspirasi kebaikan. Saat iman menyentuh dunia sosial dan politik maka yang lahir adalah hubungan sosial dan perilaku politik yang berorientasi kemaslahatan. Saat iman menyentuh hukum dan kemanusiaan maka yang lahir adalah keadilan dan cinta sesama. Saat risalah Nabi Muhammad diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari
maka yang lahir adalah kasih sayang bagi semesta. Itulah yang saya baca dari buku Bahkan Tuhan pun Tak Tega Jika Kita Menderita karya Ayang Utriza Yakin ini.”
—Moch. Nur Ichwan, Ph.D., Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
“Dari buku Bahkan Tuhan pun Tak Tega Jika Kita Menderita ini saya banyak menemukan jawaban proses yang saya alami dari eksklusif ke inklusif. Sejak kecil saya terdidik berada di lingkungan Pondok Pesantren Salaf (hanya mengajarkan kitab kuning). Berhijrah ke Kota Terbesar Kedua di Indonesia, saya menemukan banyak realitas yang bertolak belakang dengan pengetahuan saya.
“Berkat mudahnya akses kitab digital, saya mencoba membuka kitab-kitab ulama Al-Azhar, Mesir. Ternyata banyak ditemukan dinamika perkembangan ijtihad ulama kontemporer, khususnya di wilayah abu-abu antara ubudiah, soal-soal ibadah, dan sosial, seperti kebangsaan, kerukunan umat beragama, peranan wanita, kepemimpinan publik oleh non-Muslim, dan isu global lainnya.
“Ucapan selamat pada agama lain, misalnya, hampir seluruh kitab klasik mengharamkan, sebab dulu konteksnya adalah perang. Saat ini banyak ulama terkemuka antarnegara membolehkan, sebab konteksnya adalah perdamaian. Dulu ucapan selamat pada agama lain dibawa ke ranah ibadah, sekarang bergeser ke ranah sosial.
“Kekerasan atas nama agama. Mati syahid masuk surga, betul. Namun, kalau di negara damai, tentu tidak boleh, sebab perang harus seizin pemimpin negara. Terlebih, sebenarnya, ada derajat yang lebih tinggi dari syuhada, yaitu siddiqin. Kalau syuhada menyerahkan nyawa di jalan saat perang saja,
kalau siddiqin menyerahkan seluruh umur hidupnya di jalan Allah, dengan mendidik dan mengajar.
“Landasan utama tentang kecintaan sebagaimana ditekankan oleh Prof. Ayang Utriza Yakin di mukadimah buku ini saya sangat setuju karena saya memiliki landasan dari sebuah hadis:
Utbah bin Abd Radhiyallahu Anhu berkata: “Saya berbaiat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebanyak 7 kali. Yang 5 adalah tentang kepatuhan dan yang 2 adalah tentang cinta.” (HR al-Baghawi, Ibnu Asakir, dan Abu Nuaim)
“Wa akhiran. Masing-masing kita diberi ilmu dan kejadian hidup yang tidak sama. Walaupun ilmu dan pengalaman hidup saya tidak seluas perjalanan Prof. Riza, setidaknya ada banyak kesamaan pandangan yang belum mampu saya utarakan, tetapi telah tertulis di buku ini.”
—K.H. Ma’ruf Khozin, ulama Indonesia dan Direktur ASWAJA Centre Jawa Timur
“Kang Riza, dengan baik dan memikat lewat buku ini, menawarkan cara beragama yang riang dan ringan, tetapi tidak kehilangan sisi kedalaman penghayatan. Diacukan pada alas literasi klasik yang kuat, pengalaman hidup penuh warna sekaligus perjumpaannya dengan aneka budaya di berbagai belahan dunia. Islam dikembalikan pada titik tumpu khitahnya: ‘damai’ dan ‘bahagia’. Penafsiran seperti ini bukan hanya penting dan kontekstual, melainkan juga bisa menghentikan tampilan agama yang berparas penuh ambiguitas. Buku ini juga dapat menyadarkan pembaca untuk selekasnya bergeser dari tendensi ‘dipeluk agama’ menjadi ‘memeluk agama’. Pada frasa ‘memeluk agama’ ada
rongga memahami ulang dogma secara kreatif sehingga kita tiba pada kemaslahatan publik, menemukan damai kasih dan bahagia yang notabene menjadi oksigen risalah kenabian demi melangsungkan hidup yang nyaman di tengah takdir keragaman yang tak terhindarkan.”
—Dr. Asep Salahudin, Rektor Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya
“Ibarat makanan, buku yang hebat adalah buku yang tidak hanya bergizi, tetapi juga renyah. Tidak banyak buku yang demikian. Buku yang ‘bergizi’, umumnya monoton dan membosankan. Sebaliknya, buku yang ‘renyah’, sering kali tidak ada isinya. Hanya menghibur. Buku ini hebat karena memenuhi kedua aspek tersebut. Pembaca akan menikmati ulasan penulis karena gaya penulisan yang santai dan ringan, tetapi mengandung ilmu dan wawasan keislaman yang kuat sekaligus praktikal.”
—Widya Priyahita Pudjibudojo, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta
“Buku Bahkan Tuhan pun Tak Tega Jika Kita Menderita karya Dr. Ayang Utriza Yakin, D.E.A. ini mengajak kita berselancar menikmati bagaimana Islam memiliki kekuatan untuk memberikan jawaban secara damai atas berbagai keadaan dan persoalan baik yang bersifat esoterik (sisi dalam) dan eksoterik (tampilan luar), maupun yang bersifat personal dan sosial yang tengah dan akan selalu dihadapi manusia. Tentu pengembaraan keilmuan yang pernah dijalani oleh Dr. Ayang di berbagai
negara memperkaya cara pandang yang lebih otoritatif tentang bagaimana menampilkan Islam di tengah perbedaan dan kemajemukan dunia, karena Islam memang agama yang shâlihun likulli zamân wa makân, ajaran yang kompatibel dan mampu memberikan jawaban atas berbagai persoalan
kehidupan secara damai di semua tempat dan waktu.”
—Imron Rosyadi Hamid, Rektor Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang
“Buku Dr. Ayang Utriza yakin ini berasal dari khotbah dan ceramah yang ia sampaikan di Eropa dan di Indonesia dengan penyajian keberislaman yang menyegarkan, mencerdaskan, dan membahagiakan para pembacanya. Buku Dr. Yakin ini seperti buku ulama-intelektual Amerika, Sheikh Prof. Dr. Khaled Abou El Fadhl ‘The Prophet’s Pulpit: Commentaries on the State of Islam-Volume 1’ yang berisi kumpulan khotbahnya secara daring di AS.”
—Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A., Ketua Umum PBNU Masa Khidmat 2010—2021
SKU | BA-060 |
ISBN | 978-602-291-943-8 |
Berat | 220 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 244 |
Jenis Cover | Soft Cover |