Di era digital seperti sekarang ini, masyarakat mendapat suguhan beragam berita, termasuk berita kekerasan, baik kekerasan wacana maupun kekerasan fisik. Sasaran kekerasan yang mengatasnamakan agama dan Tuhan pun melibatkan orang-orang non-Muslim atau orang-orang Barat dan orang-orang Islam sendiri yang berbeda keyakinan, aliran, pemikiran, pilihan politik, ideologi, atau kewarganegaraan. Mengapa mereka begitu yakin dan merasa absah melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan tanpa merasa salah sedikit pun.
Ada yang berpendapat, mereka melegitimasi tindakan kekerasannya itu dengan mengambil contoh peristiwa peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan umat Islam melawan kaum Yahudi di Madinah, dan melawan orang-orang kafir Makkah pada peristiwa Pembebasan Makkah. Peperangan-peperangan yang sebenarnya bersifat sosiologis dan historis itu dijustifikasi secara teologis sebagai jihâd fî sabîlillâh dan kelak mereka dijanjikan masuk surga bagi mereka yang mati syahid.
Mereka meyakini dan merasa absah melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan lebih disebabkan oleh cara mereka “menalar Islam” dan “nalar keislaman yang mengideologi”. Jika “cara menalar Islam” itu sendiri membantu mereka memahami Islam dengan benar, “nalar keislaman yang mengideologi” membuat mereka meyakininya sebagai satu-satunya cara dalam memahami Islam yang paling benar. Sebab, nalar keislaman yang mengideologi pada esensinya memandang sebuah pemikiran sudah “jadi”, tanpa memperhatikan adanya “proses menjadi”. Pemikiran yang sudah jadi itu berarti sudah final dan tidak ada lagi sesudahnya.
Sejalan dengan deskripsi dan hipotesis di atas, tulisan ini bermaksud menyingkap alasan mengapa kelompok-kelompok gerakan Islam tertentu merasa yakin dan absah melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan.
Aksin Wijaya, dilahirkan di Sumenep pada 1 Juli 1974. Saat ini berstatus sebagai dosen Jurusan Ushuluddin dan Direktur Pasca-sarjana IAIN Ponorogo. Penulis menyelesaikan pendi dikan dasarnya di SDN Cangkreng, Kec. Lenteng (1987) dan di Pondok Pesantren Khairul Ulum, Cangkreng, Lenteng, Sumenep (1980-1986); MTs. di Pondok Pesantren An-Nuqayah Guluk-Guluk, Sumenep (1989-1992); MAPK (MAN I) Jember (1992-1995); Program Sarjana (S-1) di Universitas Islam Jember (UIJ) Fakultas Hukum (1996-2001); dan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember Jurusan Syariah Program Studi Ahwal asy-Syakhsyiah (1997-2001); Program Magister (S-2) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Agama dan Filsafat Kon-sentrasi Filsafat Islam (2002-2004); dan Program Doktor (S-3) juga di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004-2008).
Menjadi pengajar di program strata satu jurusan Ushuluddin dan Pascasarjana IAIN Ponorogo dan Pascasarjana STAIN Kediri. Pernah menjabat sebagai Kepala P3M di STAIN Ponorogo (2015-2016); dan saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo (2017-sekarang).
Beberapa penghargaan: wisudawan terbaik ke-3 di STAIN Jember (2001); wisudawan terbaik dan tercepat di Program S-2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004); penghargaan predikat Cumlaude pada ujian terbuka (promosi) doktor di UIN Sunan Kalijaga; penghargaan sebagai doktor ke-200 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; juara II Thesis Award (lomba tesis tingkat nasional di kalangan dosen PTAI) se-Indonesia yang diadakan oleh Depag RI tahun 2006, dengan judul “Menggugat Autentisitas Wahyu Tuhan: Kritik atas Nalar Tafsir Gender”; dan penghargaan sebagai juara II Dosen Teladan Nasional, bi-dang Islamic Studies yang diadakan oleh Kementerian Agama (Ke-menag) RI, Desember 2015.
Beberapa kegiatan ilmiah: mengikuti Program Sandwich Penelitian Disertasi Tafsir di Mesir yang diadakan oleh Depag, Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan PSQ Jakarta (Maret-Juli 2007); mengikuti kursus bahasa Arab di lembaga Lisan al-Arabi di Mesir (Maret-Juli 2007); mengikuti pelatihan Filologi (Studi Naskah Keagamaan) pada Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Depag RI di Jakarta (2007); mengikuti Program Post-Doktoral yang diadakan oleh Depag RI di Mesir (2010); mengikuti program POSFI oleh Kemenag RI di Maroko (2013); dan mengikuti Program KSL oleh Kemenag RI di Maroko (2014-2015).
“Produktivitas dan kualitas tulisan Aksin Wijaya tidak pernah berhenti mengesankan saya. Pemilihan tema yang penting, pemetaan masalah yang jelas serta analisisnya yang tajam menjadi ciri-khas tulisan-tulisannya. Buku ini menelusuri geneologi konflik keagamaan dengan tipologi yang memudahkan kita memahami problem kekerasan atas nama agama dan Tuhan dalam babakan sejarah Islam yang panjang. Karena itu, buku ini perlu dibaca dan layak diperbincangkan secara luas di pasar raya intelektual Indonesia.”
—Mun’im Sirry, Ph.D.
Assistant Professor of Theology, University of Notre Dame, USA
“Jika para analis gerakan Islam selalu melihat doktrin jihad sebagai biang keladi munculnya kekerasan yang dilakukan oleh gerakan fundamentalis Islam, Aksin Wijaya justru melihat pada cara mereka menalar Islam dan nalar Islam yang mengideologi. Karya brilian yang mampu menyingkap dimensi tak terkatakan di balik gerakan Islam garis keras.”
—Dr. Abdul Mustaqim
Dosen Studi al-Qur’an, Kaprodi IAT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
SKU | MW-008 |
ISBN | 978-602-441-067-4 |
Berat | 320 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 16 Cm / 24 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 292 |
Jenis Cover | Soft Cover |