Sinta berubah. Namanya jadi Janaki. Janaki pun berubah. Namanya jadi Waidehi. Tapi, Rahwana tetap mencintainya. Rahwana tetapmenjunjungnya, menyembahnya.
Terhadap titisan Dewi Widowati itu ia tak menyembah nama. Rahwana menyembah Zat melalui caranya sendiri. Persembahannya secara agama cinta ....
Hmmm ....
Uhmmm ...
Sebuah nama yang ada bukan karena dinamai. Sebuah nama yang ada juga bukan karena menamai dirinya sendiri. Adakah itu? Ada. Rahwana yakin itu ada. Dan ia sangat mencintainya.
Tentang Penulis
Sujiwo Tejo lahir di desa Ambulu, Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962. Bakat mendalang diwarisinya dari sang ayah, Soetedjo. Menulis buku menurutnya tetap menjadi bagian yang konstitusional dari pekerjaan mendalang. Untuk dapat memanggungkan lakon wayang, seorang dalang setidaknya mesti menguasai dasar-dasar seni rupa, musik, akting, dan sastra. Menulis buku bagi Sujiwo Tejo yang dikenal sebagai Dalang Edan ini adalah berpentas melalui salah satu unsur pedalangan: Sastra. Sebelumnya, ia telah menyelesaikan buku Dalang Edan, Kelakar Madura buat Gus Dur, The Sax, Ngawur Karena Benar, Jiwo J#ncuk, Lupa Endonesa, Dalang Galau Ngetwit, Republik #Jancukers, Kang Mbok, Lupa Endonesa Deui dan komik Tripama.