Shalat merupakan ibadah paling utama, tiang agama, dan pembeda antara seorang Muslim dan orang kafir. Akan tetapi, shalat sering kali hanya dipahami sebagai kewajiban yang rutin.
Untuk menuju kualitas shalat yang semakin baik, kita harus meneladani shalat Rasulullah Saw. dan langkah awalnya adalah mengikuti sabda Rasulullah Saw., “Shalatlah kalian sebagaimana aku shalat” (HR Al-Bukhari).
Buku ini menjelaskan dengan gamblang:
- Bagaimana tata cara shalat yang benar.
- Bagaimana menghayati makna rukun dan syarat shalat.
- Bagaimana meraih kekhusyukan dalam shalat.
Inilah buku yang diperlukan oleh setiap Muslim yang ingin meningkatkan kualitas shalatnya menuju kualitas shalat Rasulullah Saw.
Celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat, (yaitu) yang lalai terhadap shalatnya.
—QS Al-Mâ‘ûn (107): 4-5
Isi Buku
Biogra? Singkat Syaikh Muhammad MutawalliAl-Sya‘rawi — 7
Kata Pengantar — 17
Bab 1 Mengagungkan Nilai Shalat — 21
Kewajiban Menaati Nabi Muhammad Saw. — 22
Shalat dalam Ajaran Islam — 40
Kewajiban Shalat Tidak Pernah Hilang — 41
Shalat Adalah Ketenangan — 45
Shalat Mendatangkan Rezeki — 48
Kewajiban Memelihara Shalat — 54
Shalat Mengingatkan Hati yang Lalai — 58
Hukum Meninggalkan Shalat — 61
Meninggalkan Shalat karena Ingkar — 62
Malas Melaksanakan Shalat Termasuk Ciri Kemuna?kan — 63
Hukum Menyia-nyiakan Shalat — 65
Siksaan bagi Orang yang Melalaikan Shalat — 66
Kedudukan Baitullah dan Keutamaan Memakmurkannya — 70
Memakmurkan Masjid Adalah Bukti Keimanan — 80
Berkonsentrasilah di Setiap Shalat — 84
Keutamaan Berjalan ke Masjid — 89
Adab Berjalan Menuju Masjid — 90
Hiasan Masjid — 94
Membersihkan Masjid — 95
Menjaga Masjid dari Hal-Hal yang Buruk — 96
Bab 2 Persiapan Shalat — 97
Bersuci (Thahârah) — 98
Tata Cara Bertayamum — 110
Khusyuk Merupakan Ruh Shalat — 113
Berhias untuk Bertemu Allah — 117
Yakinlah bahwa Allah Melihat Orang yang Shalat — 119
Mengatasi Pikiran “Kabur” dalam Shalat — 123
Keutamaan Sujud — 126
Bab 3 Sifat Shalat Nabi — 127
Menutup Aurat — 128
Yang Wajib Ditutup dalam Shalat — 129
Aurat Laki-Laki — 132
Aurat Wanita — 133
Fatwa tentang Aurat Wanita — 136
Pendapat Ulama tentang Aurat yang Terlihat — 137
Menghadap Kiblat — 140
Hukum Menghadap Kiblat bagi Orang yang Uzur — 145
Shalat di Kereta Api — 146
Batasan (Sutrah) Shalat — 146
Berdiri (Al-Qiyâm) — 149
Boleh Shalat dengan Memakai Sandal — 150
Niat — 152
Takbir — 158
Mengangkat Kedua Tangan — 158
Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri — 159
Melihat ke Tempat Sujud — 159
Membaca Doa Iftitah — 160
Membaca Doa Isti’âdzah (Meminta Perlindungan) — 162
Membaca Surah Al-Fâtihah — 165
Mengucapkan Âmîn Setelah Bacaan Al-Fâtihah — 168
Membaca Ayat Setelah Surah Al-Fâtihah — 169
Ruku‘ — 170
Berdiri dari Ruku‘ — 171
Sujud dan Duduk di Antara Dua Sujud — 173
Tata Cara Sujud — 174
Duduk Tasyahud — 178
Mengucapkan Salam — 182
Zikir dan Doa Setelah Shalat — 182
Rukun-Rukun Shalat — 187
Bab 4 Beberapa Hal Seputar Hukum Shalat — 191
Hal-Hal yang Dibolehkan dalam Shalat — 192
Hal-Hal yang Makruh dalam Shalat — 197
Hal-Hal yang Membatalkan Shalat — 202
Bab 5 Menghadirkan Kekhusyukan dalam Shalat — 205
Kehadiran Hati Termasuk Faktor Diterimanya Shalat — 206
Perintah Memperbaiki Shalat — 214
Keutamaan Khusyuk dalam Shalat — 217
Makna Khusyuk — 219
Perbedaan Antara Khusyuk Nifaq dan Khusyuk Iman — 220
Sifat Orang-Orang yang Khusyuk— 223
Kiat-Kiat Mewujudkan Kekhusyukan dalam Shalat — 225
Gambaran Orang-Orang Terdahulu ketika Melaksanakan Shalat — 234
Bab 6 Shalat Malam Bersama Rasulullah — 237
Shalat Sunnah — 238
Lamanya Shalat Rasulullah — 239
Bacaan Shalat Malam Rasulullah — 246
Tafakur dan Tahajud Rasulullah — 248
Bab 7 Fatwa-Fatwa Seputar Shalat — 273
Tidak Konsentrasi Sewaktu Shalat — 274
Banyak Bergerak Sewaktu Shalat — 275
Meninggalkan Shalat dan Mengqadha Shalat yang Tertinggal — 276
Meninggalkan Shalat dalam Waktu yang Lama — 277
Keutamaan Shalat Berjamaah — 278
Shalat Istikharah — 279
Azan Seorang Wanita — 283
Kesalahan Imam dalam Shalat Berjamaah — 283
Makmum Mendahului Imam — 284
Bertablig di Belakang Imam — 286
Wanita Shalat Bersama Suaminya — 286
Hukum Shalat Sunnah ketika Shalat Berjamaah Sedang Berlangsung — 287
Hikmah Diwajibkannya Shalat Jumat Berjamaah — 288
Hukum Khatib Jumat — 288
Hukum Shalat Jumat bagi Wanita — 289
Hikmah Bepergian Setelah Shalat Jumat — 290
Tamu dan Shalat Berjamaah — 291
Mengapa Ada Shalat yang Bacaannya Jahr dan Sirr —291
Perbedaan Antara Shalat Fajar dan Shalat Shubuh — 292
Pengeras Suara di Masjid — 293
Penutup: Semoga Allah Memberi Kita Kebaikan — 295
Hadis Qudsi — 307
Catatan-Catatan — 321
Indeks — 341
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya milik Allah Swt. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.—yang tiada nabi setelahnya—dan kepada seluruh sahabat dan
keluarganya.
Sesungguhnya shalat adalah tiang terbesar agama setelah tauhid. Posisinya bagaikan kepala pada tubuh. Oleh karena itu, tidak ada kehidupan bagi orang yang tidak memiliki kepala. Begitu pula tidak ada agama bagi orang yang tidak shalat.
Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis sahih, “Puncak dari segala perintah adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak kemuliaannya adalah jihad di jalan Allah.”
Suatu ketika Umar ibn Al-Khaththab r.a. mengirimkan surat kepada penduduk suatu wilayah. Umar menulis:
“Sesungguhnya persoalan kalian yang paling penting bagiku adalah shalat. Barang siapa menjaganya, sesungguhnya dia telah menjaga agamanya. Dan barang siapa menyempitkannya, sesungguhnya dia akan merasakan kesempitan yang lebih dalam urusan yang lain. Tidak ada bagian dari Islam untuk orang yang meninggalkan shalat.”
Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah dalam karyanya, Al-Wâbil AlShaib, berkata,
“Oleh karena shalat itu mencakup bacaan, zikir, dan doa—sedangkan semuanya merupakan bagian dari ibadah dalam aspeknya yang paling sempurna—ia lebih mulia dan utama daripada bacaan, zikir, dan doa lainnya yang bukan dalam shalat. Sebab, jika ketiga perbuatan ini dikerjakan dalam kerangka ibadah shalat, akan mencakup ibadah setiap anggota tubuh.”
Buku Ikutilah Shalat Nabi karya Imam Al-Sya‘rawi ini merupakan buku yang tidak bisa ditinggalkan dan diabaikan oleh seluruh umat Islam. Buku ini mendeskripsikan tentang
pentingnya shalat, kedudukannya, caranya, hukum meninggalkannya, dan kedudukan orang yang senantiasa mengerjakannya.
Secara global, buku ini sangat kaya dari sisi materinya, sangat kuat dari sisi dalil yang dikemukakannya, dan sangat komprehensif dari sisi pembahasannya.
Begitulah, dalam menyusun buku ini, kami mengumpulkan materi ilmiahnya dari tulisan-tulisan dan ceramah-ceramah yang disampaikan Imam Al-Sya‘rawi—rahimahullâhu—lalu
kami menyusunnya dan menyajikannya kepada para pembaca yang mulia.
Untuk tujuan akademis, kami telah menambahkan hal-hal yang bermanfaat dan masalah-masalah lain yang kami anggap perlu untuk menutupi kekurangan buku ini. Tentu, kami membedakannya dengan pendapat Imam Al-Sya‘rawi.
Kami bertawakal kepada Allah dalam usaha kami. Semoga Allah membalas semua amal yang telah kita lakukan.
Âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
Wassalam
‘Abdul Rahim Muhammad Mutawalli Al-Sya‘rawi
Syaikh Muhammad Mutawalli Al-Sya‘rawi, Imam Dâ’iyat Al-Islâm (penyeru agama Islam), dilahirkan pada 16 April 1911 di Kampung Daqadus, Desa Mid Ghamr, Provinsi Daqahliyyah. Dia tamat menghafal Al-Qur’an Bersama para kuttâb di kampungnya pada usia 11 tahun, kemudian disekolahkan oleh ayahnya di sekolah dasar (ma‘had ibtidâ’î) Al-Azhar di Zaqaziq pada 1926. Lalu, dia melanjutkan sekolah ke tingkat menengah (qism tsanawi) dan mendapatkan ijazah tsanawiyyah Al-Azhar pada 1932.
Al-Sya‘rawi masuk kuliah di Fakultas Lughah ‘Arabiyyah (Bahasa Arab) pada 1937. Lalu, dia menamatkan ‘âliyah di Fakultas Lughah ‘Arabiyyah pada 1941. Kemudian dia juga menamatkan ‘âlamiyyah dan mendapatkan lisensi mengajar pada 1943.
Profesi Al-Sya‘rawi sebagai pengajar dimulai di Ma‘had Al-Azhar Thantha, Ma‘had Alexandria, Ma‘had Zaqaziq, dan kemudian Ma‘had Thantha lagi. Dia juga menjadi pengajar mata kuliah Tafsir dan Hadis di Fakultas Syariah Universitas Malik Abdul Aziz di Makkah pada 1951. Pulang dari Arab Saudi, dia ditempatkan sebagai staf Ma‘had Al-Azhar Thantha, menerima jabatan sebagai mudîr (Kepala Bagian) Da‘wah Islamiyyah Wizâratul Auqâf (Kementerian Perwakafan) pada 1961 di Provinsi Gharbiyyah.
Pada 1962, Al-Sya‘rawi diangkat menjadi peneliti ilmu-ilmu Arab di Universitas Al-Azhar. Pada 1964, Imam Akbar Syaikh Hasan Ma’mun—yang juga Syaikh Al-Azhar—mengangkatnya menjadi Kepala Bagian Perpustakaan Universitas Al-Azhar. Pada 1966, Al-Sya‘rawi diutus menjadi Rektor Universitas Al-Azhar cabang Aljazair setelah negara tersebut merdeka.
Di sela-sela masa pengutusan di Aljazair, Al-Sya‘rawi juga diberi kehormatan untuk menyusun pedoman pengajaran bahasa Arab di negara tersebut. Pada 1970, dia menjadi dosen tamu di Fakultas Syariah Universitas Malik Abdul Aziz di Makkah, kemudian diangkat menjadi Direktur Pascasarjana sampai 1972. Pada 1973, Al-Sya‘rawi memancarkan cahayanya sebagai penyeru agama Islam di Tharaz Freid melalui siaran televisi Mesir, kemudian Arab.
Al-Sya‘rawi telah menjadi cahaya di atas cahaya hidayah Allah kepada banyak orang. Uraiannya setiap Jumat kepada para pencinta yang selalu merindukannya senantiasa membuat rahmat Allah turun dan Dia pun membanggakan diri Syaikh ini kepada para malaikat-Nya. Pada 1976, Perdana Menteri Mesir, Mamduh Salim, mengangkat Al-Sya‘rawi menjadi Menteri Perwakafan.
Pada 1977, Al-Sya‘rawi diangkat kembali menjadi Menteri Perwakafan dan Menteri Negara Urusan Al-Azhar dalam kabinet baru Perdana Menteri Mamduh Salim. Setelah menyumbangkan banyak hal untuk negara dan umatnya, Al-Sya‘rawi memandang bahwa yang paling utama untuk diri dan juga dakwahnya adalah menjadi orang yang bebas mengabdi untuk Tuhannya (Islam). Maka, pada 15 Oktober 1978, dia mengajukan permohonan pengunduran dirinya dari jabatan kementerian.
Pada 1976, Presiden Muhammad Anwar Saddat menganugerahkan medali kehormatan kepada Al-Sya‘rawi. Pada 1980, dia diangkat menjadi anggota Majma‘ Buhûts Islâmiyyah di Kairo. Kemudian pada 1987, dia dipilih sebagai anggota Majma‘ Lughah ‘Arabiyyah (Lembaga Bahasa Arab) di Kairo. Pada 1988, Presiden Muhammad Husni Mubarak memberinya medali kenegaraan tingkat tinggi pada acara perayaan Hari Da’i.
Setelah lepas dari jabatan menteri, Al-Sya‘rawi pergi ke penjuru timur dan barat bumi untuk berdakwah di jalan Allah dengan hikmah dan nasihatnya yang bijak. Dia juga menjelaskan tentang keluwesan dan kemoderatan Islam dan juga melawan musuh-musuh Islam yang mengampanyekan opini-opini sesat. Pada 1977, dia bermukim di India, 1978 di Pakistan, 1978 di Inggris, 1983 di Amerika Serikat, 1983 di Kanada, dan masih banyak negara Eropa dan Asia lain yang pernah dikunjunginya. Dia menanamkan kandungan Al-Qur’an dan Sunnah dalam hati dan menjadikan dirinya sebagai penyeru bagi titah Allah dan Nabi-Nya. Pada 1998, dia wafat dan dimakamkan di tanah airnya, Mesir.[]
1. Penulisnya ulama otoritatif yang memiliki sanad keilmuan jelas di Al-Azhar, Mesir.
2, Ditulis berdasarkan kitab-kitab sahih.
3. Menjawab persoalan-persoalan fikih yang aktual, seperti bagaimana shalat di lingkungan kerja dan ketika perjalanan, jenis pakaian yang dipilih, hukum menggunakan pengeras suara di masjid, dan sebagainya.
4. Tidak hanya bicara soal fikih, penulis buku ini juga menjelaskan hakikat dan fungsi shalat dengan mendalam tapi mudah dipahami.
SKU | UB-500 |
ISBN | 978-602-441-305-7 |
Berat | 300 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 15 Cm / 19 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 340 |
Jenis Cover | Soft Cover |