Buku PSIKOLOGI AGAMA (REPUBLISH)… - Jalaluddin Rakhmat | Mizanstore
Ketersediaan : Habis

PSIKOLOGI AGAMA (REPUBLISH) SEBUAH PENGANTAR

    Deskripsi Singkat

    Bagaimana kita dapat memahami agama yang begitu kompleks? Agama tentu saja dapat dipelajari dari berbagai pendekatan—Anda boleh memilihnya. Tetapi, dibandingkan dengan pendekatan lain (terutama teologi), pendekatan psikologi adalah yang paling menarik dan manusiawi. Mengapa? Psikologi memperlakukan agama bukan sebagai fenomena langit yang serbasakral dan transeden—biarlah itu menjadi lahan teologi. Ia… Baca Selengkapnya...

    Rp 89.000 Rp 75.650
    -
    +

    Bagaimana kita dapat memahami agama yang begitu kompleks? Agama tentu saja dapat dipelajari dari berbagai pendekatan—Anda boleh memilihnya. Tetapi, dibandingkan dengan pendekatan lain (terutama teologi), pendekatan psikologi adalah yang paling menarik dan manusiawi. Mengapa?

    Psikologi memperlakukan agama bukan sebagai fenomena langit yang serbasakral dan transeden—biarlah itu menjadi lahan teologi. Ia ingin membaca keberagamaan sebagai fenomena yang sepenuhnya manusiawi. Ia menukik ke dalam proses-proses kejiwaan yang memengaruhi perilaku kita dalam beragama, membuka “topeng-topeng” kita, dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Psikologi, karena itu, memandang agama sebagai perilaku manusiawi yang melibatkan siapa saja dan di mana saja.

    Dengan studi kepustakaan yang ekstensif dan analisis yang tajam, buku ini mengajak pembaca memahami berbagai fenomena keberagamaan itu dengan perspektif yang kaya, ilmiah, dan juga manusiawi.

    Di tangan sang ahli komunikasi, tema yang kompleks tetapi tak pernah kehilangan relevansi dan pesona ini, dapat dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti, segar, dan cerdas.

     

    “Di antara buku-buku bergenre Psikologi Agama,
    karya Kang Jalal ini adalah buku yang paling komprehensif.”

    Drs. Asep Haerul Gani

    Psikolog, Terapis, dan Konselor

     

    “Agama—lebih dari yang lain-lain—sesungguhnya lebih merupakan pergulatan batin manusia. Pergulatan yang sebagian gejalanya dapat diuraikan dalam paparan psikologis, dan selebihnya menjadi wilayah misteri yang abadi. Buku ini mengantarkan kita memasuki wilayah itu dengan menarik.”

    Yudi Latif, Ph.D.
    Pemikir kebangsaan dan keagamaan

    Tentang Jalaluddin Rakhmat

    Jalaluddin Rakhmat

    Jalaluddin Rakhmat, lahir di Bandung, 29 Agustus 1949. Ibunya adalah seorang aktivis Islam di desanya. Ayahnya adalah seorang kiai dan sekaligus lurah desa. Karena kemelut politik Islam waktu itu, ayahnya terpaksa meninggalkan Jalal yang berusia dua tahun. Ia berpisah dengan ayahnya puluhan tahun sehingga ia hampir tidak punya ikatan emosional dengannya. Menurut teori ateisme, Jalal mestinya menjadi ateis; tetapi ibunya mengirimkan Jalal ke madrasah sore hari, membimbingnya membaca kitab kuning malam hari, setelah mengantarkannya ke sekolah dasar pagi hari. Jalal mendapatkan pendidikan agama hanya sampai akhir sekolah dasar.

    Ia meninggalkan desanya sejak ia masuk SMP di Kota Bandung. Karena rendah diri, Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri, peninggalan Belanda. Ia tenggelam dalam buku-buku filsafat, yang memaksanya belajar bahasa Belanda. Di situ, ia berkenalan dengan para filsuf, dan terutama sangat terpengaruh oleh Spinoza dan Nietzsche. Ayahnya meninggalkan lemari buku yang dipenuhi kitab berbahasa Arab. Dari buku peninggalan ayahnya itu, ia bertemu dengan Ihyâ ‘Ulum Al-Dîn-nya Al-Ghazali. Ia begitu terguncang karenanya sehingga seperti (dan mungkin memang) gila. Ia meninggalkan SMA-nya dan menjelajah ke beberapa pesantren di Jawa Barat.

    Ini pun tidak berlangsung lama. Ia kembali ke SMA-nya. Karena keinginan untuk mandiri, ia mencari perguruan tinggi yang sekaligus memberikan kesempatan baginya untuk bekerja. Ia masuk Fakultas Publisistik, sekarang Fakultas Komunikasi, Unpad. Pada saat

     

    yang sama, ia memasuki pendidikan guru SLP Jurusan Bahasa Inggris. Ia terpaksa meninggalkan kuliahnya, ketika ia menikah dengan santrinya di masjid, Euis Kartini. Setelah berjuang menegakkan keluarganya, ia kembali lagi ke almamaternya.

    Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk Iowa State University. Ia mengambil kuliah Komunikasi dan Psikologi. Tetapi, ia lebih banyak memperoleh pengetahuan dari perpustakaan universitasnya. Ia lulus dengan magna cum laude. Karena mendapat “perfect 4.0 grade point average”, ia terpilih menjadi anggota Phi Kappa Phi dan Sigma Delta Chi.

    Pada 1981, ia kembali ke Indonesia dan menulis buku Psikologi Komunikasi. Ia merancang kurikulum di fakultasnya, memberikan kuliah dalam berbagai disiplin, termasuk Sistem Politik Indonesia. Kuliah-kuliahnya terkenal menarik perhatian para mahasiswa yang diajarnya. Ia aktif membina mahasiswa di berbagai kampus di Bandung. Ia memberikan kuliah Etika dan Agama Islam di ITB dan IAIN, serta mencoba menggabungkan sains dan agama.

    Kegiatan ekstrakurikulernya dihabiskan dalam berdakwah dan berkhidmat pada mustadh‘afîn. Ia membina jamaah di masjid-masjid dan di tempat-tempat kumuh gelandangan. Ia terkenal sangat vokal, mengkritik kezaliman, baik yang dilakukan elite politik maupun elite agama. Ia sering harus berurusan dengan aparat militer, dan akhirnya dipecat sebagai pegawai negeri. Ia meninggalkan kampusnya dan melanjutkan pengembaraan intelektualnya; ke Qum, Iran, untuk belajar ‘irfân dan filsafat Islam dari para mullah tradisional; ke Australia, untuk mengambil studi tentang perubahan politik dan hubungan internasional dari para akademisi modern.

    Sekarang, l’enfant terrible ini kembali lagi ke kampusnya, Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad. Ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi lainnya dalam Ilmu Komunikasi, Filsafat Ilmu, dan Metode Penelitian. Secara khusus, ia membina kuliah Mistisisme di Islamic College for Advanced Studies, Jakarta. Ia menjadi Kepala SMU Plus Muthahhari, sekolah yang kini menjadi sekolah model untuk pembinaan akhlak. Sebagai ilmuwan, ia menjadi anggota berbagai organisasi profesional, nasional, dan internasional, serta aktif dalam berbagai seminar. Sebagai mubalig, ia sibuk mengisi berbagai pengajian. Jamaah yang bergabung dengannya menyebut diri mereka sebagai “laron-laron kecil … menuju misykat, pelita cahaya Ilahi”.  Misykat juga menjadi pusat kajian tasawuf dan sekaligus nama jamaahnya. Sebagai aktivis, ia membidani dan menjadi Ketua Dewan Syura untuk IJABI (Ikatan Jamaah Ahli Bait Indonesia). Sebagai kepala keluarga, ia sangat bahagia karena dikaruniai lima orang anak dan dua orang cucu. Sebagai hamba Allah, ia masih juga merasa belum sanggup mensyukuri anugerah-Nya. Beliau wafat pada usia 72 tahun di Bandung pada 15 Februari 2021.


    Spesifikasi Produk

    SKU UA-254
    ISBN 978-602-441-231-9
    Berat 230 Gram
    Dimensi (P/L/T) 14 Cm / 21 Cm/ 0 Cm
    Halaman 224
    Jenis Cover Soft Cover

    Produk Jalaluddin Rakhmat

















    Produk Rekomendasi