Buku SECANGKIR TEH DAN… - Mohammad Zaim | Mizanstore
Ketersediaan : Habis

SECANGKIR TEH DAN SEPOTONG KETUPAT

    Deskripsi Singkat

    Awalnya kehidupanku berjalan begitu saja tanpa arah tujuan yang pasti. Dengan rutinitas keseharian yang menjenuhkan, hidup berdasarkan syariat Islam tanpa kuresapi dengan bersungguh-sungguh. Aku pun berpikir, untuk apa semuanya itu? Kalau kita tak pernah mengetahui kebenaran, kalau bukan dari kita sendiri yang mencari kebenaran itu dengan hati tulus dan ikhlas.… Baca Selengkapnya...

    Rp 69.000 Rp 35.000
    -
    +

    Awalnya kehidupanku berjalan begitu saja tanpa arah tujuan yang pasti. Dengan rutinitas keseharian yang menjenuhkan, hidup berdasarkan syariat Islam tanpa kuresapi dengan bersungguh-sungguh. Aku pun berpikir, untuk apa semuanya itu? Kalau kita tak pernah mengetahui kebenaran, kalau bukan dari kita sendiri yang mencari kebenaran itu dengan hati tulus dan ikhlas. Ada apa sebenarnya dengan keadaan ini? *** Sepotong ketupat dan secangkir teh adalah ungkapan terdalamku, bagaimana Islam yang bernafaskan Indonesia telah membesarkanku dan Zen yang mempertemukanku kembali dengan Islam yang pernah kuragukan dan kupertanyakan kebenarannya. Selama memelajari Zen dan 5 tahun menjadi bhiksu di Plum Village, akhirnya aku menemukan hanya Islamlah satu-satunya agama yang dapat meluruhkan semua keraguanku.

    “Aku hanya mendengarkan suara hatiku yang sebenarnya aku sendiri takbegitu yakin apakah benar itu suara hati atau hanya bentuk kegelisahan besar yang melandaku,” (hal. 127).

    Sebagian besar di antara kita sering mendengar suara hati kita yang seringkali hanya sayup-sayup. Hanya mereka yang tak kenal lelah terus mencari kesejatian diri akan berani mengikuti suara hatinya.
    ––BrigittaIsworoLaksmi, WartawanKompas

    Penulis mempunyai keberanian, sikap, dan keteguhan hati yang kuat untuk berkelana mencari makna ‘selaras dengan alam’. Tidak banyak anak muda yang bernyali seperti dia. Saya banyak berguru padanya. Darinya saya belajar ‘kemerdekaan spiritual’. Salut!
    ––Muhammad Mukhlisin, AktivisPerdamaianLintas Agama,
    KepalaSekolah Guru Kebinekaan

    Jangan-jangan, kegelisahan terhadap keislaman yang digambarkan Zaim dengan gamblang, justru dialami banyak orang––hanya saja mereka tidak berani mengungkapkannya terang-terangan. Pada titik inilah buku ini merupakan bacaan sangat penting––sedikitnya untuk memberanikan kita untuk mencoba mencari respons yang paling jujur mengenai keimanan kita sendiri-sendiri.
    ––Debra H Yatim, Jurnalis, Aktivis Sosial diBidang Pemberdayaan Wanita, Seni, dan Budaya.

    Buku yang pasti akan asyik dibaca oleh mereka yang tertarik pada laku spiritual. Zaim, sang penulis, berkisah tentang perjalanan hidupnya yang unik. Kita akan melihat dengan jelas bahwa tekadnya begitu kuat sehingga bisa terkesan ia itu nekad dan melawan arus. Melampaui pewarisan ego dari dua kubu leluhur yang berpotensi saling membenci, pengagum Gus Dur ini menemukan spiritualitas sejati yang membawa cinta kasih tanpa batas serta kedamaian bagi semua.
    ––BiksuDharmavimala, WakilKepalaEkayana Buddhist Centre

     

     

    Tentang Mohammad Zaim

    Mohammad Zaim
    Mohammad Zaim, selain menulis dan merenung, sekarang banyak menghabiskan waktu untuk traveling. Mengunjungi teman-teman yang tinggal kampung. Berbagi cerita tentang spiritual dengan berbagai kalangan, grup meditasi bahkan individu-individu yang masih dalam pencarian spiritual. Sangat menikmati persahabatan dengan siapa saja. Baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sangat menyukai alam, keheningan, dan hewan. Saat berada di Eropa selalu mengabarkan tentang keindahan Islam dan universalitas dari sebuah laku spiritual lewat diskusi, percakapan maupun musik. Lebih suka berbicara dari hati daripada teori. Bersama pasangan hidupnya Caroline Schneider, bercita-cita membuat tempat yang nyaman bagi siapa saja untuk membicarakan spiritual tanpa memandang latar belakang di sebuah desa kecil di pesisir Danau Bodensee, Konstanz, Jerman. Hubungisaya di: [email protected]


    Keunggulan Buku

    ''Aku hanya mendengarkan suara hatiku yang sebenarnya aku sendiri tak begitu yakin apakah benar itu suara hati atau hanya bentuk kegelisahan besar yang melandaku,'' (hal. 127). Sebagian besar di antara kita sering mendengar suara hati kita yang seringkali hanya sayup-sayup. Hanya mereka yang tak kenal lelah terus mencari kesejatian diri akan berani mengikuti suara hatinya. --Brigitta Isworo Laksmi, Wartawan Kompas Penulis mempunyai keberanian, sikap, dan keteguhan hati yang kuat untuk berkelana mencari makna 'selaras dengan alam'. Tidak banyak anak muda yang bernyali seperti dia. Saya banyak berguru padanya. Darinya saya belajar 'kemerdekaan spiritual'. Salut! --Muhammad Mukhlisin, Aktivis Perdamaian Lintas Agama, Kepala Sekolah Guru Kebinekaan Jangan-jangan, kegelisahan terhadap keislaman yang digambarkan Zaim dengan gamblang, justru dialami banyak orang--hanya saja mereka tidak berani mengungkapkannya terang-terangan. Pada titik inilah buku ini merupakan bacaan sangat penting--sedikitnya untuk memberanikan kita untuk mencoba mencari respons yang paling jujur mengenai keimanan kita sendiri-sendiri. --Debra H Yatim, Jurnalis, Aktivis Sosial di Bidang Pemberdayaan Wanita, Seni, dan Budaya. Buku yang pasti akan asyik dibaca oleh mereka yang tertarik pada laku spiritual. Zaim, sang penulis, berkisah tentang perjalanan hidupnya yang unik. Kita akan melihat dengan jelas bahwa tekadnya begitu kuat sehingga bisa terkesan ia itu nekad dan melawan arus. Melampaui pewarisan ego dari dua kubu leluhur yang berpotensi saling membenci, pengagum Gus Dur ini menemukan spiritualitas sejati yang membawa cinta kasih tanpa batas serta kedamaian bagi semua. --Biksu Dharmavimala, Wakil Kepala Ekayana Buddhist Centre

    Resensi

    Spesifikasi Produk

    SKU QA-43
    ISBN 978-602-402-108-5
    Berat 310 Gram
    Dimensi (P/L/T) 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm
    Halaman 368
    Jenis Cover Soft Cover

    Produk Mohammad Zaim

















    Produk Rekomendasi